Davos, Swiss (ANTARA News/AFP) - Wakil kepala bank sentral China memperingatkan Rabu, bahwa kebijakan moneter ketat AS dapat memicu aliran modal keluar tiba-tiba dari pasar-pasar sedang tumbuh (emerging markets), membangkitkan krisis keuangan Asia 1990-an

Sebuah penarikan dana yang cepat tidak hanya akan menyebabkan volatilitas di pasar uang, tetapi juga bisa menghasilkan pergerakan uang mirip dengan selama krisis Asia lebih dari satu dekade yang lalu.

"Aliran modal -- itu sebuah risiko riil tahun ini bagi perekonomian," kata Min Zhu peserta pertemuan tahuan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) di Davos.

Zhu mencatat bahwa investor semakin murah meminjam dolar AS, dan menginvestasikan dana pinjaman di pasar negara berkembang, di mana tingkat bunganya lebih tinggi, dan karena itu menghasilkan hasil yang lebih baik daripada menabung dalam dolar.

Fenomena ini disebut "carry trade" dolar AS adalah sebuah "masalah besar hari ini," kata Zhu.

"Ini lebih besar daripada carry trade yen Jepang 12 tahun lalu," katanya.

Namun, jika Amerika Serikat memperketat kebijakan moneter yang kendor, membuat pinjaman lebih mahal, dana kemudian bisa mengalir keluar tiba-tiba dari emerging market, kembali ke pasar AS.

Hal ini dapat menyebabkan kejatuhan mata uang di pasar negara berkembang dan memicu terulangnya krisis keuangan Asia tahun 1997-1998.

Kemudian, yen Jepang yang murah dan investor meminjamnya dan berinvestasi di ekonomi Asia Tenggara, mendorong pertumbuhan yang kuat di kawasan.

Tapi karena ekspor merosot di tengah perlambatan permintaan global, spekulan mulai menyerang mata uang Asia Tenggara, percaya bahwa mereka dinilai terlalu tinggi (overvalued).

Thailand yang pertama retak dan ditinggalkan dengan kurs tetap dan mengambangkan (float) mata uangnya terhadap dolar AS.

Mata uang lainnya mengikuti dan jatuh di bawah tingkat utang yang melumpuhkan dan di tengah naiknya suku bunga.

"Itu yang kami pelajari dari krisis finansial Asia. Karena yen pergi kembali ke pasar Tokyo," kata Zhu.

"Semua orang khawatir tentang arah arus modal yang akan pindah. Ini risiko nyata mutlak untuk tahun ini," katanya.

Zhu juga membela sikap China terhadap yuan, mengatakan bahwa yuan yang stabil penting.

"China sangat penting untuk memiliki yuan stabil terutama dalam hal pasar sangat volatile," katanya.

Beijing telah diserang untuk kesengajaan melemahkan (undervaluing) mata uangnya.

Namun, Zhu mengatakan bahwa yuan yang stabil "baik bagi China, itu juga baik untuk dunia." (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010