London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak menguat pada Senin di tengah kekhawatiran pasokan karena militan yang beroperasi di daerah utama penghasil minyak Nigeria mengakhiri gencatan senjata dan Royal Dutch Shell dipaksa untuk mengurangi produksi setelah pipanya disabotase.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Maret, meningkat 88 sen menjadi 73,77 dolar per barel pada sekitar 1650 GMT.

Minyak mentah London, Brent North Sea untuk pengiriman Maret naik 86 sen menjadi 72,32 dolar per barel.

Seorang juru bicara kelompok perusahaan minyak Inggris-Belanda Shell kepada AFP Senin mengatakan bahwa mereka telah menutup beberapa produksi akibat vandalisasi dari pipa Trans Ramos pada akhir pekan.

Shell menolak untuk mengungkapkan kerugian produksi yang diderita sementara juru bicara tidak dapat mengatakan jika insiden 30 Januari adalah serangan militan.

Namun, sabotase datang hanya beberapa jam setelah kelompok bersenjata paling aktif MEND di selatan Nigeria membatalkan sepihak gencatan senjata yang dideklarasikan pada 25 Oktober.

"Di sisi (pendukung) bullish (untuk harga), MEND, militan Nigeria membatalkan tiga bulan gencatan senjata dan mengancam untuk memperbaharui serangan pada instalasi minyak," kata Tamas Varga, seorang analis di konsultan PVM Oil Associates.

Gerakan untuk kemerdekaan Delta Niger itu mengatakan akan melanjutkan serangan kekerasan "all-out" terhadap industri minyak Nigeria, yang mengklaim pihaknya telah menerima tidak ada perdamaian yang efektif dari gencatan senjata.

Kelompok-kelompok bersenjata yang mengaku mencari pembagian pendapatan minyak yang lebih adil bagi penduduk setempat telah sejak 2006 melancarkan serangan terhadap instalasi minyak di Delta Niger, bermain malapetaka dengan produksi minyak mentah dan harga.

Pada puncak serangan, kekerasan memangkas produksi minyak mentah Nigeria sekitar satu juta barel per hari, memungkinkan Angola untuk mengambilalih posisi sebagai produsen minyak terbesar Afrika.

Sementara perkembangan Senin datang setelah Shell pekan lalu setuju untuk menjual aset tertentu yang bermasalah di kawasan delta Nigeria ke konsorsium lokal.

Shell Petroleum Development Company of Nigeria Ltd pada Jumat mengatakan setuju untuk mengalihkan kepemilikannya di tiga lisensi produksi dan terkait peralatan di Delta Niger kepada sebuah konsorsium yang dipimpin oleh dua perusahaan Nigeria.

"Penjualan aset ini mendukung tujuan pemerintah Nigeria memperluas kesempatan bagi perusahaan-perusahaan energi lokal," Mutiu Sunmonu, direktur pengelola SPDC mengatakan pada Jumat.

Terpisah pada Senin, kepala OPEC Abdalla Salem El-Badri mengatakan bahwa pemulihan dalam permintaan minyak sedang berlangsung, namun ketidakpastian tetap, setelah ekonomi global menahan nafsu makan dunia untuk energi.

"Pemulihan permintaan sedang berlangsung tetapi masih ada (a) tinggi (jumlah) ketidakpastian" tentang prospek, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak mengatakan di London.

El-Badri menambahkan bahwa "tiga tantangan bagi para produsen" adalah volatilitas harga minyak yang ekstrem, biaya investasi meningkat dan kurangnya orang-orang yang memenuhi syarat untuk bekerja di industri.

Kartel minyak OPEC memompa sekitar 40 persen dari persediaan minyak mentah dunia.(A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010