Semarang (ANTARA News) - Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Kadir Karding menilai, pemerintah perlu menyediakan pos-pos anggaran khusus untuk menangani anak-anak yang mengalami kasus semacam Bilqis Anindya Passa yang menderita "atresia bilier".

"Anak-anak yang mengalami penyakit tersebut tentunya tidak hanya Bilqis, sehingga seluruh pihak harus berkoordinasi untuk mencari jalan keluar terhadap masalah ini," katanya usai mengunjungi Bilqis Anindya Passa di RSUP dr. Kariadi Semarang, Minggu.

Menurut dia, pos-pos anggaran khusus yang dimaksudkan adalah berada di luar anggaran jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) atau dana pemberdayaan sosial, sehingga penanganan terhadap anak yang memiliki kasus penyakit seperti itu bisa segera dilakukan.

"Melihat Bilqis, tentunya kita harus memiliki gambaran ke depan bahwa pos-pos anggaran khusus memang diperlukan untuk menangani anak-anak yang memiliki nasib seperti dia," kata Ketua Komisi VIII DPR RI yang membidangi masalah agama, sosial dan pemberdayaan perempuan itu.

Ia mengatakan, pos-pos anggaran khusus tersebut nantinya ditujukan untuk rumah sakit yang menjadi rujukan penanganan kasus-kasus semacam itu, seperti halnya RSUP dr. Kariadi, dan anggarannya seharusnya diupayakan mulai dari pengobatan hingga perawatan.

Sementara itu, pihak keluarga Bilqis rencananya akan menggunakan dana hasil penghimpunan dari Koin Cinta untuk Bilqis, sebagai biaya perawatan pasca operasi cangkok hati, sebab biaya perawatan setelah operasi yang diperkirakan mencapai sekitar Rp5-10 juta per bulan.

"Pihak Kementerian Kesehatan hanya menanggung biaya untuk operasi, sedangkan biaya perawatan pasca-operasi tetap ditanggung keluarga, namun kami sebenarnya juga merencanakan menggunakan uang itu untuk mendirikan Yayasan Cangkok Hati," kata ibu Bilqis, Dewi Farida (37).

Menurut dia, jumlah pasien yang menderita kelainan hati diperkirakan masih cukup banyak, dan mereka tentunya juga membutuhkan biaya untuk perawatan dan pengobatan, terutama mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Ditanya tentang kondisi Bilqis saat ini, ia mengatakan, Bilqis telah dipasangi selang infus yang terhubung ke mesin obat yang dilengkapi dengan "timer" (pengatur waktu), dan mesin tersebut bekerja secara otomatis memasukkan obat ke dalam tubuh putrinya itu.

"Bilqis sendiri sepertinya belum bisa menahan rasa gatal yang diakibatkan banyaknya racun di dalam darahnya, sebab obat dari dokter tak mampu meredam rasa gatal itu," katanya.

Berkaitan dengan orang yang ingin menjadi pendonor hati, ia mengaku, jumlahnya memang semakin bertambah banyak yang diketahuinya dari posko yang berada di Jakarta, dan semua yang menyatakan ingin menjadi pendonor itu tidak meminta imbalan sedikit pun.

"Sampai saat ini, telah ada empat orang yang menghubungi saya dan ada tiga di antaranya sudah menyatakan kesediaannya, namun kami masih menunggu hasil pemeriksaan tim dokter," katanya tanpa menyebutkan identitas keempat orang tersebut.(ZLS/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010