Teheran (ANTARA News/AFP) - Iran untuk pertama kalinya melarang media asing meliput pawai Kamis memperingati HUT ke-31 revolusi Islam Iran, di tengah rencana oposisi melakukan protes anti-pemerintah.

Seorang pejabat yang mengkoordinasikan media mengatakan kepada AFP, wartawan dan fotografer hanya diizinkan meliput pidato Presiden Mahmoud Ahmadinejad di lapangan bersejarah Azadi (Kebebasan) di Teheran baratdaya, namun tidak pawai tradisional di jalan-jalan di kota itu.

Setiap tahun ratusan ribu orang Iran melakukan pawai di Teheran dan kota-kota lain untuk memperingati penggulingan shah Iran dukungan AS pada 1979.

Namun, sejak perselisihan meletus menyangkut pemilihan kembali Ahmadinejad pada Juni lalu, pendukung oposisi membajak even yang disponsori pemerintah untuk melakukan protes-protes anti-pemerintah.

Pihak berwenang Iran melarang protes semacam itu pada Kamis dan memperingatkan akan menindak tegas pemrotes.

Pemimpin-pemimpin oposisi, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, mendesak pendukung mereka muncul dalam jumlah besar pada Kamis.

Kepala kepolisian Iran Esmail Ahmadi Moghaddam mengatakan, pasukannya siap menghadapi mereka yang melakukan protes pada Kamis.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.

Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi paling akhir pada 27 Desember, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.

Dua calon presiden yang kalah, Mousavi dan Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Protes besar berkobar sejak pemilu tersebut dan sejumlah besar orang ditangkap.

Lebih dari 100 reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember, menurut data resmi. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010