Najaf, Irak (ANTARA News/AFP) - Serangkaian ledakan menewaskan enam orang Irak, termasuk seorang wanita dan seorang anak, Jumat, dalam serangan-serangan terkoordinasi di kota suci Syiah Najaf, kata petugas penanganan darurat.

Ledakan-ledakan itu, yang terjadi sekitar pukul 17.30 waktu setempat (pukul 21.30 WIB) di Kufa, daerah pinggiran Najaf, juga mencederai 35 orang, kata beberapa petugas kesehatan dan aparat keamanan provinsi kepada AFP.

Seorang pejabat di rumah sakit Sadr mengatakan bahwa empat pria, seorang wanita dan seorang anak tewas.

Luay al-Yasser, kepala komite keamanan dewan provinsi, mengatakan, dua dari ledakan-ledakan itu berasal dari bom pinggir jalan, namun penyebab ledakan ketiga belum diketahui.

Rangkaian pemboman yang mematikan itu merupakan serangan terakhir yang terjadi di daerah Syiah.

Jumat (5/2), pemboman pada hari terakhir acara perkabungan besar Arbaeen di Irak menewaskan 41 peziarah Syiah dan mencederai lebih dari 140 orang, dalam serangan yang dituduhkan pada Al-Qaeda dan loyalis Saddam Hussein.

Dengan pemboman di Karbala, kota suci lain Syiah, jumlah seluruh korban tewas menjadi lebih dari 100 dalam tiga serangan besar terhadap peziarah Syiah yang selama beberapa pekan pergi ke Karbala dengan berjalan kaki untuk menghadiri puncak dari peringatan itu.

Ritual Arbaeen dilakukan 40 hari setelah Asyura yang memperingati pembunuhan tokoh paling keramat Syiah, Imam Hussein, oleh pasukan kalifah Sunni Yazid pada 680 Sesudah Masehi.

Senin (1/2), seorang wanita pembom bunuh diri melancarkan serangan di tengah massa peziarah Syiah di dekat Baghdad, menewaskan 41 orang yang mencakup wanita dan anak-anak dan mencederai lebih dari 100 orang.

Dua hari kemudian, Rabu (3/2), penyerang bunuh diri kedua menabrakkan mobil yang membawa bom ke peziarah di daerah pinggiran Karbala, menewaskan 23 orang dan mencedrai 147 lain.

Kantor Perdana Menteri Nuri al-Maliki menuduh serangan Senin itu dilakukan oleh pengikut partai Baath kubu almarhum Saddam Hussein.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010