New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak di perdagangan New York jatuh pada Jumat waktu setempat, setelah sebuah kenaikan tak terduga stok minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia, yang menunjukkan permintaan seret karena negara itu muncul dari resesi.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Maret, turun 1,15 dolar menjadi 74,13 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman Maret merosot 1,22 dolar menjadi 72,90 dolar per barel.

Laporan kunci persediaan AS untuk pekan yang berakhir 5 Februari 5 menunjukkan bahwa stok minyak mentah naik untuk keempat pekan berturut-turut, dengan 2,4 juta barel. Itu dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 1,3 juta barel.

Stok bensin juga naik jauh lebih dari yang diperkirakan, menurut laporan yang biasanya diterbitkan setiap Rabu, namun tertunda karena badai salju di timur laut Amerika Serikat.

Pasar "bearish" (lesu) juga karena kenaikan dolar AS terhadap euro, yang berada di bawah tekanan di tengah krisis utang zona euro yang berpusat di sekitar utang yang melilit Yunani.

Para pemimpin Uni Eropa Kamis berhenti menawarkan "bailout" (talangan) untuk menyelamatkan anggota zona euro Yunani. Masalah mendalam di keuangan publik Yunani telah menyoroti bahaya utang lain negara-negara terkena krisis seperti Italia dan Spanyol.

Dolar yang lebih kuat cenderung mengurangi permintaan minyak karena membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah.

Allidina Hussein analis Morgan Stanley mengatakan sentimen pasar lemah berasal dari "fundamental bearish ditambah dengan dolar AS yang lebih kuat di tengah kekhawatiran Eropa."

"Minyak mentah, distilasi dan bensin, penarikan persediaan semuanya tercatat lebih lemah dari yang diperkirakan," katanya.

Sentimen itu juga berkurang oleh pengetatan kredit di China, yang telah menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi global dan konsumen energinomor dua di dunia.

Bank sentral China pada Jumat memerintahkan lembaga-lembaga keuangan untuk meningkatkan jumlah cadangan uang mereka, ketika pihak berwenang berusaha untuk mengekang pinjaman yang merajalela di tengah kekhawatiran gelembung aset.

"Yang penting bagi investor dari permintaan China adalah bergema keras dalam kemunduran harga komoditas, khususnya minyak, setelah People`s Bank of China (bank sentral China) mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan persyaratan cadangan untuk kedua kalinya tahun ini," kata Mike Fitzpatrick, Wakil Presiden MF Global.

"Kesimpulannya adalah bahwa upaya ini untuk mendinginkan perekonomian yang kepanasan berbicara langsung kepada pertumbuhan permintaan energi China, yang telah menjadi kontributor utama untuk kenaikan harga minyak mentah selama beberapa tahun," katanya. (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010