Kolombo, Sri Lanka (ANTARA News/AFP) - Sebuah pengadilan di Sri Lanka hari Rabu membebaskan 14 orang yang ditahan atas tuduhan merencanakan kudeta bersama pemimpin oposisi dan mantan panglima militer Sarath Fonseka, kata seorang pejabat.

Hakim pengadilan Kolombo Champa Rajaratne membebaskan orang-orang itu, termasuk 10 pensiunan perwira angkatan darat, karena polisi tidak menuntut para tersangka sejak mereka ditangkap atas tuduhan persekongkolan setelah Fonseka bulan lalu kalah dalam pemilihan presiden.

"Ia (hakim) memerintahkan pembebasan mereka segera karena polisi tidak bisa memberikan bukti meski mereka ditangkap atas tuduhan merencanakan kudeta," kata seorang pejabat kepada AFP.

Orang-orang itu bekerja di kantor kampanye Fonseka dimana mantan pemimpin militer itu juga ditangkap pada pekan lalu.

Fonseka, satu-satunya perwira tinggi berbintang empat, telah membantah tuduhan berusaha melakukan kudeta.

Ketegangan meningkat di negara pulau itu sejak penangkapan Fonseka, mantan panglima militer, pada Senin (8/2) oleh polisi militer atas tuduhan melakukan kegiatan politik melawan presidennya ketika ia masih bertugas.

Sejak itu hampir setiap hari ratusan pemrotes yang menuntut pembebasan Fonseka bentrok dengan polisi Sri Lanka.

Mayoritas rahib Budha juga mendesak Presiden Mahinda Rakapaksa membebaskan Fonseka.

"Kami tidak bisa menyetujui penangkapan Jendral Fonseka dan personel militer lain yang bersamanya. Mereka telah mengambil risiko mengorbankan nyawa mereka untuk melenyapkan terorisme dan memainkan peranan utama dalam menciptakan perdamaian," kata mereka dalam surat terbuka kepada presiden.

"Sulit untuk menciptakan perdamaian dan menjamin demokrasi dan pemerintahan yang baik ketika ada perselisihan antara presiden, menteri pertahanan dan mantan panglima militer Fonseka," kata mereka.

Fonseka dan Presiden Mahinda Rajapakse bekerja bersama-sama dalam mengakhiri perang dengan separatis Macan Tamil tahun lalu, namun mereka berselisih sesudah itu.

Jendral angkatan darat itu bersaing dengan Rajapakse dalam pemilihan presiden pada 26 Januari, namun kalah, dan sesudah itu ia menuduh mantan panglima tertingginya itu mencurangi suara dalam pemilihan tersebut.

Awal Februari, Rajapakse memecat sekelompok perwira militer senior yang menurut kementerian pertahanan menjadi "ancaman bagi keamanan nasional" setelah pemilihan presiden.

Kementerian pertahanan mengatakan dalam sebuah pernyataan, sejumlah orang dipensiunkan karena mereka dianggap sebagai "ancaman langsung bagi keamanan nasional".

Rajapakse dan Fonseka adalah sekutu dekat dalam ofensif militer yang akhirnya berhasil menumpas pemberontak Macan Tamil pada Mei lalu, namun mereka berselisih setelah kemenangan itu dan bersaing dalam pemilihan presiden.

Ketika mengundurkan diri dari militer pada November, Fonseka menuduh Rajapakse berbohong dengan menuduhnya merencanakan kudeta.

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010