Pertemuan ini menunjukkan komitmen kuat antara Indonesia dan negara-negara EAEU untuk mempersiapkan kemitraan jangka panjang yang lebih erat, terutama dalam mengatasi tantangan perekonomian global dan menurunnya pertumbuhan ekonomi pascapandemi COVID
Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan negara-negara Uni Ekonomi Eurasia atau Eurasian Economic Union (EAEU) sepakat melakukan pertemuan pertama (kick off meeting) Kajian Kelayakan Bersama atau Joint Feasibility Study Group (JFSG) secara virtual, yang mana pihak EAEU diwakili oleh Komisi Ekonomi Eurasia (Eurasian Economic Commission) atau EEC menjadi Sekretariat untuk melakukan kajian dengan Indonesia.

“Pertemuan ini menunjukkan komitmen kuat antara Indonesia dan negara-negara EAEU untuk mempersiapkan kemitraan jangka panjang yang lebih erat, terutama dalam mengatasi tantangan perekonomian global dan menurunnya pertumbuhan ekonomi pascapandemi COVID-19,” ujar Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Selasa.

Ni Made selaku Ketua Delegasi RI saat membuka pertemuan pertama JFSG mengatakan bahwa kedua belah pihak akan menyusun kajian bersama untuk mendalami hubungan dan potensi di bidang perdagangan barang, jasa, dan investasi.

Baca juga: ASEAN, Kanada dorong mulainya negosiasi kesepakatan perdagangan bebas

Menurut Made, kajian kelayakan bersama ini merupakan langkah awal sebelum kedua pihak melakukan perundingan dagang. Kajian ini nantinya juga akan melibatkan pelaku usaha untuk dapat membantu mengidentifikasi berbagai hambatan dan potensi di lapangan.

Bagi Indonesia, hubungan semakin intensif dengan EAEU merupakan bagian dari strategi kebijakan perdagangan nasional untuk menyasar pasar nontradisional.

EAEU menduduki peringkat ke-24 tujuan ekspor dari Indonesia dan peringkat ke-21 asal impor Indonesia. Ekspor utama Indonesia ke EAEU adalah minyak kelapa sawit, papan panel, kopra, cocoa butter, dan margarin.

Baca juga: Dorong perdagangan, KBRI Mexico City selenggarakan rangkaian kegiatan

Sementara itu impor utama Indonesia dari EAEU adalah pupuk, batu bara, dan gandum.

Pada 2019, total perdagangan Indonesia dengan EAEU mencapai 2,6 miliar dolar AS, dengan nilai ekspor dan impor masing-masing sebesar 1,0 miliar dolar AS dan 1,5 miliar dolar AS.

Perdagangan pada periode Januari-Juli 2020 mengalami penurunan sampai dengan 22,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perjanjian dagang antara Indonesia dengan negara- negara EAEU diharapkan dapat mendorong laju perdagangan dan investasi diantara keduanya.

“Hari ini kedua pihak membahas struktur dan outline dari kajian. Selanjutnya kami akan menyusun rencana kerja, sehingga dalam tenggat waktu satu tahun kajian ini dapat diselesaikan,” jelas Made.

Baca juga: Negosiasi dagang EU terhenti, Brexit mungkin akan tanpa kesepakatan

Hasil kajian, lanjut Made, akan menjadi landasan dan pertimbangan ilmiah untuk melihat kelayakan dibentuknya sebuah perjanjian dagang. Kajian ini juga akan memberikan rekomendasi konkret untuk bisa memulihkan kondisi ekonomi masing-masing pihak.

EAEU adalah persatuan kerja sama ekonomi yang beranggotakan Rusia, Belarus, Kazakhstan, Armenia, dan Kyrgyzstan.

 EEC adalah badan eksekutif dari EAEU yang bertanggung jawab untuk memastikan fungsi dan pengembangan EAEU.

Rencana kajian kelayakan bersama muncul pada 2016, namun baru pada bulan Juni 2020 Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference/ToR) dibahas secara intensif dan dalam tiga bulan dapat diselesaikan dengan disepakati TOR pada 14 September 2020.

 

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020