Solo (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR, Amien Rais, mengharapkan, kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang arif dan tegas terkait dengan perkembangan kasus Bank Century.

"Kepemimpinannya dituntut arif dan sekaligus tegas terkait dengan persoalan Bank Century," katanya usai menghadiri peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW Tahun 1431 H, di Solo, Jateng, Jumat.

Jika dua pejabat yang disebut oleh pansus harus bertanggung jawab terhadap pengucuran dana talangan sebesar Rp6,7 triliun terhadap Bank Century, katanya, SBY harus bersiap mencari pengganti mereka.

"SBY harus mencari dua anak bangsa yang dikehendaki dan kemudian diminta pleno MPR," katanya.

Ia mengemukakan, mahasiswa akan berhenti demonstrasi dan media massa tidak memberitakan kasus itu lagi jika dua pejabat negara itu dilepaskan dari jabatannya.

Namun, kata Amien yang juga Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional itu, pemerintahan akan sedikit goyah karena pincang terutama jika salah satu di antara mereka mengundurkan diri.

"Tapi jika pemerintah membiarkan begitu saja bisa ada demo terus. Hal itu bisa menurunkan pamor pemerintah," katanya.

Ia mengaku, Fraksi PAN dalam Pansus Angket Kasus Bank Century tidak menyebut nama orang yang bertanggung jawab.

Ia menyatakan sudah jelas siapa orang yang bertanggung jawab yang tidak disebut oleh fraksi itu.

Ia mengatakan, menyebut nama atau tidak, hanya dua orang yang harus memikul tanggung jawab atas kasus Century yakni Boediono yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia dan Sri Mulyani sebagai Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan.

Ia menyatakan khawatir terhadap kemungkinan adanya kelompok yang seolah-olah meminta mereka bertanggung jawab atas kasus itu.

Sebaliknya, katanya, jika mereka tetap dilindungi justru mendorong demonstrasi yang lebih besar, menurunkan pamor pemerintah, dan menghambat berbagai program pembangunan.

"Kasus Bank Century ini posisinya digambarkan seperti makan buah simalakama," katanya.
(U.K-BDM/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010