Guatemala City (ANTARA News/AFP) - Utusan dari negara produsen dan konsumen kopi bertemu di Guatemala City, Jumat, untuk membahas efek pemanasan global terhadap pertumbuhan kopi, ketika negara produsen memperingatkan bahwa perubahan iklim telah memaksa mereka untuk mencari lahan baru.

Sekitar 1.000 delegasi dari 77 negara bertemu selama tiga hari untuk mengkaji bagaimana perubahan cuaca akan mempengaruhi pola produksi selama lima tahun, kata penyelenggara.

Produsen kopi mengatakan mereka mendapat pukulan akibat pemanasan global karena suhu yang lebih tinggi memaksa petani untuk pindah ke lahan yang lebih tinggi, lebih dingin, dan tanah yang lebih mahal, membuat biaya penanaman mereka menjadi lebih berisiko.

"Sudah ada bukti akibat berbagai perubahan penting," kata Nestor Osorio, Ketua Organisasi Kopi Internasional (ICO), yang mewakili negara-negara eksporter atau importer biji-bijian.

"Dalam 25 tahun terakhir suhu telah meningkat setengah derajat di negara produsen kopi, lima kali tinggi dari pada 25 tahun sebelumnya," katanya.

Diteguk setiap hari oleh ratusan juta orang di seluruh dunia, kopi merupakan salah satu dari komoditas dunia paling penting dan menjadi andalan utama ekspor untuk negara-negara dari Brasil ke Indonesia.

Tapi negara produsen yang berada dalam kepanikan karena dampak pemanasan pada mata pencaharian, mengatakan mereka dipaksa untuk mencari lahan perkebunan yang lebih tinggi saat mereka menghadapi persaingan yang makin sengit dengan petani untuk sumber daya dan perusahaan energi.

"Tanah dan air diperebutkan oleh produsen makanan dan energi," kata Osorio, "Kita perlu melakukan penilaian untuk menjamin keberlanjutan dan permintaan produksi kopi."

Osorio mengatakan bahwa permintaan global menguat, "tumbuh lebih dari dua persen per tahun," kenaikan yang sulit dipertahankan produsen, sebagian karena tenaga kerja dan biaya pupuk.

Pada 2009, produksi global biji kopi mencapai 123 juta kantong, yang masing-masing beratnya 60 kilo (132 pon). Itu 25 juta lebih banyak kantong dari pada 2008.

Tapi angka ICO menunjukkan bahwa produksi di Amerika Latin anjlok tahun lalu, terutama disebabkan oleh cuaca yang buruk dan negara produsen mengatakan bahwa mereka berjuang untuk tetap meningkat.

Di Kolombia, salah satu produsen terbesar di dunia, produksi merosot 30-35 persen, sementara Kosta Rika dan El Salvador berjuang untuk pulih dari panenan yang minim di 2000-2005.

Asosiasi Kopi Nasional Guatemala - pemimpin regional - mengatakan produksi di sembilan negara Amerika Latin diperkirakan turun 28 persen di tiga bulan pertama musim ini.

Presiden Guatemala, El Salvador, dan Honduras, semua negara-negara penghasil kopi, dijadwalkan untuk berbicara pada acara tersebut. (A027/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010