Brussel (ANTARA News/AFP) - Perompak Somalia hari Minggu membebaskan sebuah kapal barang Yunani dan 19 orang awaknya, yang dibajak dua bulan lalu, setelah mereka memperoleh uang tebusan, kata pasukan angkatan laut Uni Eropa (EU).

"EU NAVFOR (Pasukan Angkatan Laut EU) bisa memastikan bahwa kapal Navios Apollon berbendera Panama milik Yunani yang dibajak pada 28 Desember telah dibebaskan pada pagi hari 28 Februari," kata kantor pusat misi itu dalam sebuah pernyataan.

Pembebasan kapal seberat 52.000 ton itu serta kapten Yunani dan 18 orang awak Filipina-nya dilakukan sehari setelah sejumlah besar uang tebusan dibayarkan kepada perompak.

Itu merupakan pembayaran uang tebusan dan pembebasan kedua dalam beberapa hari ini, dimana sejumlah pemerintah dan perusahaan berada dalam dilema mengenai pentingnya mendapatkan lagi kapal dan awak mereka di tengah kekhawatiran bahwa pembayaran uang tebusan akan mendorong perompakan lebih lanjut.

Inggris memperingatkan pada awal Februari bahwa pembayaran uang tebusan akan mendorong penculikan lagi, namun mereka tidak menghalangi seorang perunding independen untuk berusaha menengahi uang tebusan bagi pembebasan pasangan Inggris yang diculik di Somalia sejak 23 Oktober.

Letnan Kolonel John Harbour, juru bicara utama NAVFOR, mengatakan kepada AFP bahwa Uni Eropa, seperti juga PBB, tidak mendukung pembayaran uang tebusan namun mereka memahami motif dari orang-orang yang melakukan hal itu.

Kapal Yunani yang dibebaskan itu, yang dibajak di Lautan India ketika sedang berlayar ke Thailand, kini dalam perjalanan menuju Oman, kata NAVFOR.

Petugas penjaga pantai Yunani di Athena mengkonfirmasi kepada AFP bahwa "kapal itu sedang menuju Oman, dan tujuan akhirnya adalah India".

"Awak kapal yang berjumlah 19 orang dalam keadaan sehat," kata jurubicara penjaga pantai Yunani.

Kapal itu mengangkut pupuk ketika dibajak, namun kini tidak jelas apakah muatannya masih ada atau tidak, tambahnya.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.

Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang pada tahun itu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Perompakan meningkat di lepas pantai Somalia dalam beberapa tahun ini meski angkatan laut asing digelar di kawasan itu.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Perompak dari negara Tanduk Afrika yang gagal itu saat ini menahan belasan kapal dan lebih dari 200 orang awak kapal, termasuk pasangan Inggris yang kapal pesiarnya dibajak di lepas pantai Seychelles.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.
(M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010