Pontianak (ANTARA News) - Ritual pembakaran 9 replika naga di Komplek Yayasan Pemakaman Bhakti Suci Jalan Adisucipto Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya mengakhiri perayaan Imlek dan Cap Go Meh tahun 2561 (menurut penanggalan China).

Ribuan warga Tionghoa rela berdesak-desakan untuk menyaksikan ritual pembakaran naga dari beberapa yayasan pemadam kebakaran dan kelenteng di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Senin.

Ketua Bidang Pegelaran dan Bazar Imlek dan Cap Go Meh tahun 2010 Rinaldi, mengatakan naga-naga yang menjalani ritual pembakaran adalah naga yang pada perayaan Cap Go Meh telah menjalani ritual "naga buka mata" pada hari ke-13 Imlek di sebuah kelenteng.

Untuk ritual "naga buka mata" di Kota Pontianak dipusatkan di kelenteng Kwan Tie Bio di Jalan Diponegoro Pontianak, setelah itu diarak keliling Kota Pontianak dengan maksud membersihkan pengaruh roh-roh jahat di kota itu, katanya.

Rinaldi menambahkan, ritual naga buka mata dimaksudkan agar naga memberikan keajaiban untuk membantu masyarakat Kalbar agar dimurahkan rejeki serta membawa kemakmuran dan kesejahteraan.

Ritual buka mata berawal dari cerita dahulu kala di kalangan masyarakat Tionghoa bahwa ada naga yang pernah berkelahi dengan seorang manusia dan terkena panah dibagian mata. Beruntung ada biksu yang mengobati dengan berbagai mantra sehingga mata naga dapat sembuh kembali.

Ia menjelaskan, sebelum ritual bakar naga, naga yang akan dibakar itu terlebih dahulu menjalani ritual naga tutup mata di kelenteng terdekat.

Ritual bakar naga dimaksud untuk mengirim mahluk kayangan itu ke negerinya yaitu di langit setelah sebelumnya dipanggil dan merasuki reflika naga.

"Karena mahluk dari kayangan itu kami panggil, maka setelah selesai Cap Go Meh mereka juga dikirim lagi ke kayangan dengan cara dibakar," ujarnya.

Dari pantauan di lapangan satu persatu reflika naga dari beberapa yayasan pemadam kebakaran dan kelenteng diletakkan di ruang terbuka yang telah disiapkan sebelumnya dengan posisi melingkar baru kemudian dibakar.

Setelah api menyala dan membesar tidak sedikit warga Tionghoa yang secara sepontan menyembah api itu dengan memanjatkan doa dengan harapan diberikan perlindungan, dimurahkan rezeki dan dijaga keselamatanya dari pengaruh roh-roh jahat.

Setelah reflika dibakar hingga menjadi abu, warga Tionghoa baik muda maupun orang dewasa yang menyaksikan ritual itu berlomba-lomba mengambil abu dari pembakaran naga tersebut yang dipercaya bisa bermanfaat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan.

Alpin (11) salah seorang warga Tionghoa yang tinggal di Gang Pelangi Jalan Adisucipto Pontianak, mengatakan dirinya disuruh orang tuanya untuk mengambil abu naga.

"Abu naga tersebut akan kami simpan di tempat sembahyang dengan harapan bisa mendatangkan kebajikan dan menolak keburukan," ujarnya.

Menurut kepercayaan warga Tionghoa abu dari naga yang telah menjalani ritual naga buka mata hingga ritual terakhir dibakar mempunyai banyak manfaat, seperti bisa digunakan untuk mengusir roh jahat, bisa menmbawa hoki, dan lain-lain tergantung kepercayaan, kata Alpin.(ANT/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010