Jakarta (ANTARA) - Para perancang yang memproduksi busana-busana dari batik mau tidak mau harus cerdik dalam beradaptasi di tengah pandemi COVID-19 yang mencekik.

Sama seperti pelaku fesyen lainnya di Tanah Air, perancang yang fokus utamanya batik menghadapi tantangan di mana pameran dan peragaan busana tidak bisa digelar. Semuanya harus serba virtual.

Pada awal pandemi, perancang di Tanah Air berinovasi dengan membuat produk yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat: masker kain.

Perancang asal Yogyakarta Iffah M Dewi, pemilik jenama Sogan Batik, sigap menghadapi awal pandemi dengan memproduksi masker tiga lapis yang awalnya dibuat untuk dibagikan secara cuma-cuma. Sebanyak 1000 buah masker dibuat untuk diberikan gratis, 1000 masker lainnya dijual.

"Ternyata malah dapat 30.000 pieces pesanan," ujar Iffah kepada ANTARA, Kamis.

Iffah menyadari aktivitas masyarakat yang kini berpusat dari rumah akibat pembatasan sosial demi menekan infeksi virus corona membuat kebutuhan busana sehari-hari yang nyaman meningkat.

Dia pun mulai membuat rancangan busana berbahan nyaman untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Kemendikbud: Eksistensi batik meluas karena bernilai universal

Baca juga: Rayakan Hari Batik Nasional, Google padukan batik dan digitalisasi

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Estetika Tak Berbatas (@batiknyonyaindo_official) on



Perancang Priscilla Saputro dari Batik Nyonya Indo saat dihubungi ANTARA menegaskan komitmennya untuk terus memproduksi batik terbaik di tengah kondisi yang menantang untuk para pebisnis.

"Kami menyediakan batik dengan pewarnaan kualitas tinggi, tidak mudah pudar, sehingga apabila batik sering dicuci tidak akan mudah menjadi lusuh."

Ada penyesuaian yang dilakukan Batik Nyonya Indo, yakni mengalihkan fokus dari adibusana menjadi busana batik yang lebih sederhana dan praktis.

"Saat sekarang, kami tidak fokus dalam membuat adibusana, dikarenakan kondisi pandemi yang memaksa orang untuk menghindari acara-acara dan kerumunan besar," ujar Priscilla yang memulai usaha batik sejak 1998.

Batik Nyonya Indo - pernah dikenakan oleh Miss Universe 2012 Olivia Culpo dan Miss Universe 2013 Gabriela Isler - sekarang memproduksi batik yang dipakai untuk aktivitas bekerja dari rumah, cenderamata hingga masker.

"Tentu saja yang dibutuhkan masa pendemi adalah busana batik yang praktis, simpel namun tetap resmi, untuk menghadiri acara dan kegiatan yang terbatas, tanpa menghilangkan kesan profesional dalam aktivitas tersebut."

Baca juga: Pemkot Madiun berupaya kembangkan industri batik khas setempat

Baca juga: Sejumlah desainer unjuk karya pada Jambi Fashion Festival 2019

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Maquinn Couture (@maquinnofficial) on


Janice Setyawan, Creative Director dari label Maquinn Couture, mengakui ketiadaan acara bertema budaya serta acara resmi akibat pembatasan kegiatan turut mempengaruhi bisnis batik.

"Karena batik identik dengan kain identik dengan acara penting, kebudayaan, sementara keduanya sulit dilakukan mengingat adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)," kata Janice yang baru menghadirkan koleksi busana paduan batik dan unsur Eropa dalam pagelaran Milan Fashion Week 20/21.

Namun, ia berusaha melihatnya dari sudut pandang yang lebih optimistis. Peluang pengrajin batik untuk berinovasi mengatasi tantangan.

Mengikuti kebutuhan masyarakat yang kini jarang beraktivitas di luar rumah, label fesyen yang ia dirikan berinovasi dengan fokus pada pakaian yang umum dipakai sehari-sehari seperti kaos dan polo shirt untuk pilihan kasual, atau jas untuk kesempatan lebih resmi.

"Dengan menghadirkan pakaian jenis ini, kami harap generasi muda bisa semakin mencintai batik sehingga batik bisa dipakai untuk aktivitas sehari-hari mereka, seperti untuk belanja, aktivitas harian, atau event-event virtual."

Jalinan warisan budaya dan tren
Kekayaan corak batik yang luar biasa membuat setiap label punya daya tarik tersendiri untuk konsumen masing-masing. Mereka mempertahankan keindahan klasik batik tanpa menutup diri dari unsur lain yang menambah keunikan karya.

Batik Pekalongan yang dikombinasikan motif Eropa saat ini menjadi andalan Maquinn Couture. Paduan tersebut diciptakan dengan maksud membuat batik modern yang bisa menjangkau pencinta fesyen di luar Indonesia. Contohnya, busana biru velvet dengan lengan puffy batik berhias ukiran Eropa warna emas yang elegan. Gaun itu salah satu koleksi yang dipamerkan di Milan Fashion Week 20/21.

"Kami ingin menunjukkan batik ke semua orang bahwa batik Indonesia bisa berbaur dengan budaya luar tanpa menghilangkan jati dirinya," jelas Janice.
Koleksi dari Sogan Batik (ANTARA/HO)


Sedangkan Sogan Batik lebih menyoroti batik klasik Yogyakarta dengan warna yang lazim ditemui seperti merah, cokelat dan hitam. Sejak 2015, Iffah membuat motif terinspirasi aksara Jawa yang menurut dia sudah booming selama lima tahun belakangan.

"Kami sedang mencari lagi ikon apa yang bisa diangkat. Doakan kami bisa menemukan simbol yang digali dari kekayaan motif Indonesia untuk dikembangkan dan bisa menjadi tren," ucap Iffah.

Priscilla Saputro dari Batik Nyonya Indo mengemukakan, kekayaan corak batik di Indonesia luar biasa di mana setiap corak dari daerah yang berbeda punya kekhasan tersendiri.

"Akan tetapi motif terkenal yang mempunyai filosofi yang kuat adalah dari Kerajaan Mataram karena didukung oleh arkeologi di candi-candi dan masih digunakan sebagai pakem upacara di kraton sampai saat ini."

Perkembangan Internet yang membuat batasan negara seakan mengabur mendorong akulturasi corak dari berbagai belahan dunia, lanjut dia. Yang tak kalah penting, lanjut Priscilla, adalah mempertimbangkan trend forecasting fashion sebagai rujukan kombinasi warna dan motif agar selaras dengan acuan tren fesyen internasional.

Menurut Priscilla, meski terbuka dengan wawasan internasional, tetap ada beberapa produk yang khusus dibuat sesuai pakem klasik untuk menjaga tradisi leluhur dalam melestarikan motif tradisional.

"Untuk proses pembatikan harus selalu dieksplorasi melalui pembinaan artisan-artisan daerah sehingga mereka mempunyai kehalusan-keluwesan dalam menciptakan pola isen (isian) yang baru di setiap motif batik, riset untuk warna dan bahan baku malam yang terbaik," kata dia.

"Serta rancangan perpaduan kombinasi warna yang membangun estetika kain, mulai dari kain putih sampai batik jadi melalui proses gambar-batik-pewarnaan-lorod (rebus kain)."


Baca juga: Laweyan berambisi jadi Eco Culture Creative Batik, ini yang dilakukan

Baca juga: Gatot Dewa Broto kenang Nelson Mandela pada Hari Batik

Baca juga: Hari Batik Nasional, Kedubes Inggris luncurkan batik persahabatan

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020