Jakarta (ANTARA News) - Kuman yang membuat tempat tinggal di dalam usus bisa jadi menjadi penyebab kegemukan dan menimbulkan serangkaian gejala yang mengancam kesehatan, demikian laporan beberapa peneliti Kamis (4/3).

Ada dugaan bahwa bakteri tertentu mengakibatkan radang yang dapat mempengaruhi nafsu makan serta kondisi perut yang diserang radang seperti penyakit Crohn dan radang usus besar, kata peneliti itu di jurnal Science.

Dengan kata lain, kuman membuat orang makan berlebihan, kata Andrew Gewirts dari Emory University di Atlanta dan rekannya.

"Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa bakteri dapat mempengaruhi seberapa baik energi diserap dari makanan, tapi temuan ini memperlihatkan bahwa bakteri usus sesungguhnya dapat mempengaruhi nafsu makan," kata Gewirtz.

"Wabah kegemukan terjadi karena orang makan terlalu banyak, tapi mengapa orang ini makan berlebihan?"

Gewirtz mengatakan penelitian tersebut menunjukkan bahwa bakteri mungkin memain peran --barangkali populasi bakteri yang hidup subur karena organisme lain yang bersaing telah disapu bersih oleh antibiotik, mendapat akses ke air bersih dan faktor lain kehidupan modern.

Tim Gewirtz memperoleh temuan tersebut secara tak sengaja.

"Kami sedang mempelajari tikus yang menderita radang usus besar," kata Gewirtz dalam satu wawancara telefon dengan wartawan Reuters, Maggie Fox.

Tim itu menduga ada sejenis kuman yang bertanggung jawab, jadi mereka mengalihkan embrio tikus ke ibu pengganti untuk mencegahnya terinfeksi oleh induknya sendiri.

Bayi tikus tersebut dikuasai oleh bakteri dan mikro-organisme lain segera setelah dilahirkan dan susunan koloni itu --yang terus ada sepanjang hidup di dalam kulit dan perut-- sangat serupa dengan yang ada pada induk mereka.

Radang usus besar itu membaik tapi bayi tikus menjadi kegemukan dan mengembangkan gejala metabolis --sekumpulan gejala yang meliputi tingkat kolesterol yang tak sehat, terlalu banyak lemak di sekitar perut, tekanan darah tinggi dan daya tahan terhadap insulin.

Tahan insulin berarti tubuh tak memanfaatkan insulin secara efektif untuk menghancurkan makanan, dan Gewirtz percaya itu mungkin adalah kuncinya.

Para peneliti tersebut ingat pada satu studi baru-baru ini; tikus normal yang langsing menjadi kegemukan ketika mengkonsumsi bakteri usus dari tikus gemuk.

Mereka bekerja sama dengan tim itu, termasuk Ruth Ley dari Cornell University di New York, untuk melihat peran apa yang mungkin dimainkan oleh bakteri usus.

"Apa yang kami duga ialah tikus rentan terhadap radang usus," kata Gewirtz. "Jika anda menghadapi banyak tanda radang, insulin tak bekerja secara layak."

Beberapa pekan terapi antibiotik membantu, demikian juga dengan makanan.

"Jika kita membatasi asupan makanan mereka, mereka akan baik-baik saja; Mereka tak lagi kegemukan," katanya. "Namun, mereka tahan insulin."

Tim Gerwitz sekarang berusaha melihat apakah mereka dapat mengidentifikasi mikro-organisme yang terlibat. Mereka juga berusaha mengetahui apakah orang yang kegemukan memiliki pola bakteri usus yang unik.

Para ilmuwan mengetahui bahwa ratusan spesies bakteri hidup di dalam usus dan rata-rata satu orang membawa sebanyak 2 kilogram bakteri.

Pada Rabu, beberapa ilmuwan China melaporkan di jurnal Nature bahwa mereka menemukan 1.000 spesies berbeda di dalam usus manusia.

Jadi dapatkah anda mengobati kegemukan dengan menggunakan antibiotik guna menghapuskan kuman yang membuat orang makan berlebihan?

"Sangat sulit untuk mengganti bakteri yang anda miliki," kata Gewirtz. Berbagai studi sudah memperlihatkan sulit untuk mengobati kondisi seperti penyakit Crohn, bahkan dengan menggunakan antibiotik selama berbulan-bulan.(C003/A038)

Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010