London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak naik di atas 82 dolar pada Senin, memperpanjang "rally" minggu lalu di tengah data pekerjaan yang positif dari Amerika Serikat, negara konsumen energi terbesar di dunia, kata para analis.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April, naik 60 sen pada 82,10 dolar per barel setelah mencapai puncak harian 82,41 dolar.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April naik 73 sen menjadi 80,62 dolar pada perdagangan sore di London.

"Berita positif datang dari bidang ekonomi dengan laporan jumlah PHK yang lebih rendah dari perkiraan," analis di JBC Energy Research

Pusat mengatakan dalam sebuah catatan kepada para klien.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat, perekonomian terbesar dunia itu kehilangan pekerjaan lebih sedikit dari yang diperkirakan pada Februari dan tingkat pengangguran stabil di 9,7 persen meskipun badai musim dingin yang parah, menunjukkan prospek yang lebih cerah.

Sebagian besar ekonom telah memperkirakan tingkat pengangguran naik menjadi 9,8 persen dari 9,7 persen pada Januari.

Daftar gaji non-pertanian turun 36.000, mengejutkan sebagian besar analis yang memproyeksikan 67.000 kehilangan pekerjaan karena badai salju besar-besaran yang melumpuhkan wilayah timur laut negara itu.

"Tingkat pengangguran Jumat lalu di AS positif, sehingga pasar optimis dan investor lebih bersedia mengambil risiko," kata Tetsu Emori, seorang fund manager manajemen aset Astmax di Tokyo.

Dia mengatakan pasar cenderung melihat tren kenaikan harga minyak di jangka pendek, didukung oleh sentimen optimis investor tentang tanda-tanda permintaan energi pada pemulihan ekonomi AS mungkin akan mengumpulkan kecepatan.

Di tempat lain pada Senin, pedagang minyak mencerna komentar akhir pekan dari Raja Arab Saudi Abdullah, yang mengatakan bahwa negara utama penghasil minyak mentah itu akan mempertahankan kebijakan yang moderat untuk membantu membatasi kerusakan dari krisis keuangan global.

"Kerajaan ini terus menjadi moderat dalam pendekatan terhadap situasi minyak global," kata Abdullah dalam pidato tahunan kepada Dewan Syura, majelis konsultatif negara itu.

Pernyataan dari raja Saudi muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa sanksi yang dipimpin AS terhadap Iran atas program nuklir yang kontroversial dapat mengganggu pasar minyak dunia.

Dengan produksi Saudi melayang-layang di sekitar sembilan juta barel per hari, Saudi Arabia adalah pemasok tunggal terbesar kartel OPEC dan kunci ayunan produser, menambahkan atau mengurangi produksi menjadi ayunan moderat tajam di pasar.

Harga minyak melesat hingga hampir 150 dolar pada Juli 2008 sebelum jatuh di bawah 40 dolar pada Januari 2009. (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010