Jakarta (ANTARA News) - Cinta lokasi, disingkat "cinlok". Baik penyanyi Amerika Serikat Toni Braxton maupun pemain bola Inggris David Beckham sama-sama terkena sindrom cinlok. Dua-duanya dicengkeram Pesta Dewa Anggur. Keduanya dibingkai oleh naluri khas kemanusiaan, yakni kegilaan yang memantik histeria massa.

Pesta Dewa Anggur, dalam mitologi Yunani, memunculkan Dewa Dionisius, yang memiliki wajah dewa dan wajah manusia. Sebagai dewa, ia tampil sebagai pembela hukum dan ketenangan.

Sebagai manusia, dia biang kerok yang menimbulkan kekerasan. Dia dihormati manusia, karena mampu memadamkan kekerasan dan mengembalikan ketenangan.

Bukankah cinlok berwajah ganda: cinta sungguhan, seakan-akan cinta, cinta yang memunculkan ketenangan dan keonaran?

Toni Braxton punya cinlok.

Tampil di gelaran Jakarta International Java Jazz (JJF) 2010, Sabtu malam (6/3), penyanyi bernama lengkap Toni Michelle Braxton menyanyikan sejumlah hits bernuansa cinta sungguhan seperti "Love Me Some Him", "How Could An Angel Break Myheart", "Love Should Brought You Home", "Let Gonna Get It", "Breathe Again", sampai hits terkenal "Unbreak Myheart".

Cinlok memadamkan hati, mencari sensasi.

David Beckham juga punya cinlok, meski Victoria Adams telah memberi Becks tiga anak laki-laki buah cinta mereka.

Becks punya segudang sensasi. Ketika menjalani roda musim kompetisi 1996-1997, Becks mendapat kepercayaan penuh dari bos Manchester United Sir Alex Ferguson.

Sepenuh hati Fergie memberi kepercayaan kepada Becks.

Menghiasi sayap kanan, Becks muncul sebagai senjata pamungkas yang meneror setiap lawan.

Umpan silang serba terukur dan tendangan bebas lengkung, menjadi andalannya.

Dengan sepenuh hati pula, ketika berlangsung konser, Toni berinteraksi dengan mengajak dua orang penggemarnya naik ke panggung untuk bernyanyi bersamanya.

"Saya sangat senang berada di sini," katanya.

Toni kemudian membawakan lagu "How Could An Angel Break Myheart" yang disambut meriah tigaribuan penonton, sembari ikut menyanyikan lagu itu.

Lain halnya dengan Becks. Pemain bernomor punggung 32 yang kini membela panji AC Milan itu justru mematahkan "malaikat hatinya" Victoria. Mau bukti?

Becks kerap diberitakan terlibat "affair" dengan perempuan-perempuan cantik.

Hingga saat ini, sejumlah perempuan diwartakan memiliki "affair" dengan Becks.

Sebut saja, Sarah Marbeck yang berprofesi sebagai model, Jordan (model), Esther Canadas (model dan aktris asal Spanyol), Nuria Bermudez (aktris dan agen pemain), Emma Ryan (penari kelab malam), Frida Karlsson (model), Lisa Hames (pelayan bar), Emily Leuty (pekerja di Old Trafford) dan Stacey Winfield (penari kelab malam).

Perempuan-perempuan dilanda kegilaan karena diundang Pesta Dewa Anggur cinlok.

Publik menanyakan ulah Becks itu. Publik juga bertanya kepada Toni, apakah kata-kata yang menjadi bagian refren single "Yesterday" itu ditujukan kepada mantan pasangannya, Keri Lewis, atau justru untuk mitra bisnisnya di industri musik yang pernah merugikannya.

Toni punya magnet bisnis. Ia menyabet tiga Grammy Awards dan dua American Music Awards dalam dua tahun berturut-turut (1994-1995).

Yang seru, sejak September 2009, "Yesterday" yang menjadi bagian dari album keenamnya telah diluncurkan kepada publik pecinta musik global.

Yang hangat, sejak 2 Januari 2010, lagu ini berada di nomor urut 12 tangga lagu Billboard America.

Albumnya sendiri baru dirilis pada 2 Februari 2010 di AS, dan 1 Maret di Inggris.

Album terakhirnya "Pulse" akan dikeluarkan pada Mei 2010, yang dua hitsnya, "Hands Tied" dan "Make My Heart", sudah dapat didengar lewat laman resminya.

Becks juga punya magnet bisnis. Di samping 14 trofi yang disumbangkannya untuk klubnya, ia punya andil dalam menggelembungkan kas "Theatre of Dreams", terutama lewat penjualan (kostum) "jersey klub" dan segala pernik bermerk dagang Beckham.

Bahkan Becks melahirkan hipotesis "Becks = popularitas + uang". Yang terkena magnetnya justru Real Madrid yang mampu memakzulkan posisi United saat memiliki suami Victoria Adam itu.

Dari kacamata mitologi Pesta Dewa Anggur, baik Toni maupun Becks dijuluki "The god of mob histeria" (dewa histeria massa).

Dalam buku "Kambing Hitam", Sidhunata menulis, "kata Tireseas, serdadu-serdadu yang siap tempur dan mabuk perang tanding tercekam kepanikan sebelum sebilah tombak menyentuh mereka.

Kehisterisan ini adalah kerja Dionisius".

Kini Becks siap tempur melawan klub yang turut membesarkan namanya di atmosfer bola seantero dunia. Manchester United akan menghadapi AC Milan dalam leg kedua babak 16 besar Liga Champions yang digelar di Old Trafford Kamis dini hari ini (10/3).

Leonardo yang menukangi AC Milan pernah menelan pil pahit "cinlok".

Rossoneri bertekuk lutut 2-3 kepda Setan Merah pada pertemuan pertama mereka di Guiseppe Meazza.

Klub Italia itu harus bisa mengalahkah tuan rumah MU dengan skor 2-0, agar lolos ke babak selanjutnya.

Ini adalah pekerjaan "mustahil" meski bukan tidak mungkin. Bukankah hipotesis cinlok = mustahil + bukan tidak mungkin?

Kalau David Beckham diharapkan mampu menginspirasi rekan-rekannya dalam membungkan anak asuhan Fergie dan Toni Braxton menginspirasi publik JJF 2010, maka kata kuncinya adalah kembali ke teknik improvisasi yang menginspirasi para pemain jazz.

Para pemain jazz berimprovisasi secara "einmalig"(sesaat dan spontan), karena tak mungkin diulang kembali.

Para pemain jazz yang baik adalah mereka yang selalu ingin menghindari dari pengulangan improvisasi yang persis. Dan improvisasi dalam permainan jazz adalah hasil reproduksi.

Cinlok itu improvisasi? Jawabnya, dirimu mengirim selarik kalimat lewat sms, "Hihi...jangan kepincut lagi dengan dia".

A024/AR09

Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010