Beijing (ANTARA News/AFP) - Perdana Menteri (PM) China, Wen Jiabao, pada Hari Minggu menegaskan menolak tekanan asing terhadap Beijing untuk mengizinkan mata uangnya yuan untuk diaprisiasi, dan mengingatkan negara-negara lain untuk menghentikan rencana seperti itu.

Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE), mitra dagang penting China, mengatakan bahwa pemimpin negara Komunis berniat untuk tetap membuat nilai tukarnya rendah, untuk mendorong ekspornya, yang penting bagi negara pada saat darurat akibat krisis ekonomi global.

Presiden AS Barack Obama pekan lalu mengimbau Beijing untuk melaksanakan kebijakan nilai tukarnya berorientasi pasar, dengan meningkatkan tekanan kepada China agar mengizinkan yuan - yang secara efektif menetapkan nilai tukarnya terhadap dolar sejak pertengahan 2008 - untuk ditingkatkan.

Wen menyerang balik, dengan menolak semua campur tangan pihak luar terhadap keputusan-keputusan kebijakan nilai tukar China, dan mengatakan, kestabilan yuan membantu bukan hanya China, tapi juga dunia, karena seluruh dunia juga ikut stabil.

"Pelaksanaan jenis ini adalah tidak dalam kepentingan untuk melakukan perubahan terhadap rezim nilai tukar renmimbi (yuan)," katanya pada penutupan sidang tahunan parlemen China.

Wen mengatakan, China telah berusaha kuat sejak pecahnya krisis keuangan internasional untuk mempertahankan yuan pada "tingkat yang stabil."

Nilai yuan menjadi penentu utama dalam hubungan-hubungan antara China dengan AS, yang memburuk karena diganggu sejumlah persoalan lain termasuk sengketa perdagangan, masalah Tibet, Taiwan dan kebebasan Internet.

Obama pada Kamis menyerukan kepada China agar melaksanakan kebijakan nilai tukar yang berientasi pasar, yang menurutnya, akan memberikan `sumbangan penting` kepada keseimbangan kembali ekonomi dunia setelah krisis keuangan global.

Tetapi Beijing segera menolak pernyataan-pernyataan itu pada Jumat.

"Kami tak setuju dengan politisasi nilai tukar renmimbi," kata Wakil Gubernur Bank Rakyat China, Su Ning, menurut laporan Dow Jones Newswires.

"Kami juga tak sepakat dengan negara yang memiliki masalahnya sendiri namun minta negara lain untuk memecahkan persoalan mereka," kata Su pula.

"Kami meyakini bahwa masalah nilai tukar yuan tidak akan membantu menurunkan atau menaikkan surplus dan defisit perdagangan kami," ucapnya pula.

Banyak anggota parlemen AS yang mendesak Departemen Keuangannya untuk mencap nilai tukar China sebagai "manipulator" dalam laporan semi-tahunan mendatang.
(Uu.H-AK/A023/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010