Pasuruan  (ANTARA News) - Ribuan umat Hindu suku Tengger di Gunung Bromo melaksanakan Tawur Kesanga atau Pecaruan Agung di lapangan Telogosari, Tosari, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (15/3).

Tawur Kesanga atau Pecaruan Agung merupakan rangkaian prosesi umat Hindu menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1932.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Pasuruan, Siswoto menjelaskan, dalam rangkaian prosesi upacara menyambut Hari Raya Nyepi tahun ini, umat Hindu suku Tengger di Gunung Bromo telah mengawali dengan upacara Melasti di sumber air Widodaren.

Dijelaskan, upacara Melasti dilakukan untuk menyucikan diri, maupun seluruh isi jagat. Upacara Melasti di Gunung Widodaren juga untuk mengambil air suci di sumber air yang ada di dalam sebuah gua yang ada di gugusan Gunung Bromo.

Air suci tersebut kemudian dibawa ke Pura untuk digunakan menyucikan pratina, arca, atau pralingga, serta berbagai simbol yang membantu mendekatkan diri pada Tuhan.

Rangkaian prosesi upacara menyambut Hari Raya Nyepi untuk menyambut Tahun Baru Saka 1932 kemudian dilanjutkan dengan upacara Tawur Kesanga atau Pecaruan Agung di lapangan Telogosari, Tosari.

Upacara Tawur Kesanga yang dipimpin Mangku Prawoto tersebut untuk menghaturkan pecaruan kepada Sang Bhuta Kala agar tidak mengganggu umat.

Usai upacara, umat Hindu suku Tengger kemudian mengarak ogoh-ogoh, yakni boneka raksasa yang menggambarkan roh jahat yang ada di sekitar kita.

Ogoh-ogoh atau roh jahat tersebut kemudian diletakkan pada tempatnya sehingga tidak mengganggu manusia.

Ogoh-ogoh kemudian diarak dari lapangan Telogosari ke desa komunitas Hindu di Gunung Bromo yang kemudian dibakar dalam upacara pengrupukan.

Pada hari Suci Nyepi, umat Hindu Tengger melaksanakan empat berata (catur berata), yakni pantangan yang wajib dipatuhi.

Catur Berata itu meliputi, amati geni (larangan menyalakan api), amati karya (larangan melakukan aktivitas kerja), amati lelanguan (larangan menghibur diri dan tidak menikmati kesenangan), amati lelungan (larangan bepergian).

Dalam kesenyapan hari suci Nyepi, umat Hindu bermawas diri, menyatukan pikiran serta menyatukan cipta, rasa, dan karsa, menuju penemuan hakikat keberadaan diri dan inti sari kehidupan semesta.

Usai melaksanakan Nyepi, umat Hindu kemudian menyambut hari raya Ngembak Geni, yakni seluruh anggota keluarga saling keluar rumah dan saling bermaaf-maafan dengan sesama anggota keluarga serta tetangga dan kerabat dengan suasana batin yang telah bersih dan dipenuhi kebijaksanaan.
(T.KR-MSW/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010