Semarang (ANTARA News) - Pada Hari Raya Nyepi tahun ini, umat Hindu diharapkan memiliki kesadaran untuk lebih membangun persaudaraan sehingga tercipta persatuan dan kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara.

"Kesadaran tersebut dapat diawali dengan membangun harmoni dalam dirinya sendiri baru kemudian dengan alam sekitar dan makhluk hidup lainnya," kata ketua panitia Perayaan Nyepi tahun 2010, I Nyoman Romangsi, usai upacara ritual di Semarang, Senin malam.

Perayaan Hari Raya Nyepi wilayah Jawa Tengah bagian utara tahun ini dipusatkan di Pura Agung Giri Natha di Jalan Sumbing Semarang.

Ia menjelaskan, perayaan Hari Raya Nyepi jangan hanya bersifat ritual seremonial saja, karena yang paling penting adalah pengendalian diri dan lingkungan sekitar.

"Dua hal tersebut harus dilakukan setiap saat sesuai dengan profesi masing-masing supaya kondisi alam tetap seimbang sehingga tidak lagi terjadi bencana dan umat manusia dapat hidup dengan normal," ujarnya.

Ia mengatakan, pada Selasa (16/3) seluruh umat Hindu melaksanakan Catur Brata Nyepi yang berisi larangan yakni Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak melakukan pekerjaan), Amati Lelanguan (tidak menikmati keindahan), dan Amati Lelungan (tidak bepergian).

"Upacara Catur Brata Nyepi tersebut diakhiri dengan Ngembak Geni yaitu umat Hindu diperbolehkan kembali melakukan aktivitas sehari-hari," katanya.

Namun sebelum kembali beraktivitas, kata Romangsi, para umat Hindu melakukan Upaksama (saling memaafkan) dan Dharma Santi (silaturahmi) dengan anggota keluarga dan saudara.

Sebelumnya, puluhan umat Hindu di Kota Semarang dan sekitarnya terlihat mengikuti upacara ritual "Tawur Agung Kesanga" yang dipimpin oleh Pinandita I Nyoman Wedhu.

Ritual tersebut merupakan bagian dari upacara Bhuta Yadnya yang digelar untuk menyambut Hari Raya Nyepi dan tahun baru Saka 1932.

Seluruh umat Hindu yang hadir mengikuti ritual dengan khidmat dan berdoa sambil membakar dupa, kemudian dilanjutkan dengan berbaris mengelilingi kawasan pura dengan berjalan kaki dan diiringi gamelan yang disebut "Baleganjuran".

Setelah berkeliling sebanyak tiga kali, para umat Hindu kemudian kembali membakar semua sesaji yang telah dipersiapkan dengan tujuan agar peribadatan yang dilakukan sempurna.

Dalam kesempatan tersebut, para umat Hindu juga mendoakan agar Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Semarang dapat berjalan aman dan lancar tanpa halangan apa pun.(WSN/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010