New York (ANTARA) - Harga minyak tergelincir hampir dua persen pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), juga berakhir lebih rendah untuk minggu ini, saat pasar mengantisipasi lonjakan pasokan minyak mentah Libya dan kekhawatiran permintaan yang disebabkan oleh kebangkitan kasus virus corona di Amerika Serikat dan Eropa.

Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember kehilangan 79 sen atau 1,9 persen, menjadi menetap di 39,85 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember ditutup pada 41,77 dolar AS per barel, turun 69 sen atau 1,6 persen.

Untuk minggu ini, minyak mentah berjangka AS kehilangan 2,5 persen dan kontrak berjangka Brent merosot 2,7 persen.


Baca juga: Harga minyak jatuh, setelah laporan persediaan minyak AS

Harga minyak mentah jatuh setelah National Oil Corp (NOC) Libya mengatakan telah mencabut force majeure pada ekspor dari pelabuhan utama dan produksi akan mencapai satu juta barel per hari dalam empat minggu.

"Segera setelah itu keluar, pasar menjadi kecewa," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Italia dan beberapa negara bagian AS melaporkan rekor peningkatan infeksi setiap hari, sementara Prancis memperpanjang jam malam untuk sekitar dua pertiga dari populasinya saat gelombang kedua pandemi COVID-19 melanda seluruh Eropa.


Baca juga: Minyak naik dipicu harapan stimulus AS, dibatasi lonjakan kasus virus

“Apa yang menahan kami adalah ketidakpastian tentang permintaan - ketika kami akan mendapatkan vaksin, ketika semuanya akan kembali normal, kekhawatiran tentang lebih banyak penutupan,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (22/10/2020) mengatakan Moskow tidak mengesampingkan perpanjangan pengurangan produksi minyak OPEC+, tetapi jaminan itu tidak mengimbangi ekspektasi untuk meningkatnya produksi Libya dan kekhawatiran permintaan, kata analis.

“Mereka perlu mengatakan, 'Kami tidak akan mengembalikan dua juta barel itu,'” kata Yawger.

OPEC+, yang mencakup Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, akan meningkatkan produksi sebesar dua juta barel per hari pada Januari 2021.

Perusahaan energi AS menambahkan lima rig minyak untuk meningkatkan jumlah rig menjadi 287 rig dalam seminggu hingga 23 Oktober, tertinggi sejak Mei, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Jumlah rig merupakan indikator pasokan di masa mendatang.


Baca juga: Minyak berakhir lebih tinggi, didorong oleh harapan stimulus AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020