Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan rupiah akan bertahan lama berada pada kisaran 9.000 per dolar AS, bahkan kemungkinan terapresiasi terkait bagusnya rating Indonesia.

"Rupiah di kisaran 9.000 per dolar akan berjalan lama, bahkan tren nilai tukar rupiah optimis terjadi apresiasi karena premium risiko yang bagus karena rating Indonesia, neraca pembayaran dan krisis global yang terus membaik," kata Direktur Pengelelolaan Devisa BI Rasmo Samiun di Jakarta, Selasa.

Sebelumnya lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor`s (S&P) pada 12 Maret 2010 menaikkan long-term foreign currency rating Indonesia menjadi BB dari semula BB- dan long-term local currency tetap di BB+.

Namun, Rasmo menjelaskan bahwa BI tidak menargetkan apresiasi rupiah hingga level tertentu. Bank sentral hanya menjaga fluktuasi harga yang dapat diterima oleh semua pelaku ekonomi.

Tentang sedikit melemahnya nilai tukar rupiah pada Jumat pekan lalu yang berada pada 9.120 per dolar, Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa hal itu karena faktor sentimen krisis di Yunani dan beberapa kebijakan moneter di beberapa negara, seperti kenaikan bunga di India.

"Pelemahan rupiah ini kembali menguat setelah pelaku pasar kembali karena terkait komitmen Uni Eropa yang ingin membantu krisis Yunani," katanya.

Penguatan rupiah ini, lanjut Perry, juga akan berjalan dalam waktu menengah dan panjang terkait dengan membaiknya neraca pembayaran Indonesia.

Pada tahun ini BI memperkirakan total surplus pemabayaran sekitar 12,5 miliar dolar AS yang berasal dari surplus transaksi berjalan sekitar 5 miliar dolar dan surplus transaksi modal 7,5 miliar dolar.

Perry mengakui bahwa surplus total pembayaran ini hampir sama dengan perolehan 2009, namun komposisinya yang berbeda. Untuk surplus pembayaran ini didominasi oleh transaksi neraca pembayaran yang mencapai 10,5 miliar dolar AS.

(T.J008/A023/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010