Beijing (ANTARA News/AFP) - China akan menyesuaikan nilai yuan pada September sehingga tidak menjadi sebuah isu dalam pemilu sela AS dua bulan kemudian, seorang penasihat baru bank sentral mengatakan dalam komentar yang diterbitkan Selasa.

"China tidak boleh menyerah pada tekanan politik dari AS dan harus melakukan penyesuaian sendiri," Li Daokui, yang diangkat minggu ini di komite kebijakan moneter bank, mengatakan, menurut majalah Caijing.

"Jika tidak selama pemilu sela AS, nilai tukar renminbi (yuan) mungkin menjadi sebuah masalah lagi," katanya.

"Mengambil inisiatif untuk menyesuaikan yuan adalah salah satu cara untuk mengurangi tekanan pada nilai tukar," Li mengatakan, menambahkan bahwa isu ini telah menjadi subyek dari "sandiwara politik" di Amerika Serikat menjelang pemungutan suara November.

Washington telah memimpin internasional dalam menekan Beijing untuk membiarkan yuan -- secara efektif dipatok pada sekitar 6,8 terhadap dolar AS sejak pertengahan 2008 -- apresiasi.

Para pengecam mengatakan kebijakan mata uang "undervalued" (di bawah nilai) sebanyak 40 persen terhadap dolar, memberikan para eksportir China keuntungan yang tidak adil.

Calon berjalan untuk DPR dan Senat AS telah menyita pada masalah, mengatakan kebijakan nilai tukar China merampas pekerjaan Amerika.

Li -- direktur Pusat China di Ekonomi Dunia di Universitas Tsinghua di Beijing -- merupakan satu dari tiga akademisi yang ditunjuk menjadi komite kunci People`s Bank of China (bank sentral China) pada Senin.

Lainnya, Zhou Qiren, yang mengelola Sekolah Nasional Pembangunan di Peking University dan Xia Bin yang mengepalai lembaga keuangan dari Pusat Penelitian Pembangunan Dewan Negara.

Mereka menggantikan Fan Gang, sebelumnya satu-satunya akademisi anggota komite, yang mengundurkan diri hari yang sama.

Fan, seorang profesor ekonomi di Universitas Peking, menulis sepotong pendapat pekan lalu mengatakan China dapat mengambil kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sekali segera setelah ekonomi global kembali pada pijakan yang pasti.

Pada Senin, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan waktunya sudah tiba untuk merevaluasi mata uang China karena negara yang digerakkan oleh ekspor itu memperlengkapi kembali perekonomiannya lebih bergantung pada pengeluaran konsumen.

Pembuat undang-undang AS di kedua sisi lorong politik yang menurut dugaan menyalahkan yuan undervalued yang meningkatkan defisit perdagangan dengan China, yang melonjak menjadi hampir 227 miliar dolar pada 2009.

Mereka telah memperkenalkan legislasi untuk menghukum China dengan sanksi perdagangan dan meminta Menteri Keuangan AS Timothy Geithner untuk melabel Beijing "manipulator mata uang" dalam laporan yang akan keluar April yang dapat memicu tindakan keras. (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010