Jakarta (ANTARA News) - "Fangare sunyinga Ternate" (Aku cinta Ternate) terucap bukan tanpa alasan.Tidak perlu rumus matematis untuk menjelaskan mengapa harus jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap bumi rempah-rempah; Ternate.

Bekas bandar rempah terbesar di Hindia Timur itu merupakan bagian terpenting sejarah abad pelayaran dunia.

Jejaknya tertinggal hingga kini dalam kebisuan benteng-benteng hingga bangkai kapal yang tenggelam ratusan tahun silam di laut-lautnya.

Inilah Ternate, sebuah negeri yang menjadi impian pelaut untuk menuju, sebuah negeri di Hindia Timur yang pertama di pijak oleh bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda.

Seiring berjalannya waktu, ingatan dunia terhadap bumi Moloku Kie Raha (negeri dengan empat penguasa gunung) itu kian meredup.

Peristiwa kerusuhan di Maluku lebih dari 10 tahun silam turut menyumbang andil terhadap hilangnya citra Provinsi Maluku Utara sebagai destinasi yang aman dikunjungi wisatawan.

Namun, kini Ternate tengah membangun diri, berbenah menjadi kota pantai, dan siap didatangi wisatawan.

"Kami menawarkan wisata sejarah, wisata alam, dan wisata budaya," kata Kabid Pemasaran Disbudpar Provinsi Maluku Utara, Nurmina Saleh.

Dalam Sejarah
Ternate adalah buku sejarah paling tebal yang bila dikaji mampu menceritakan banyak hal yang belum terungkap.

Di kota seluas 43.000 km2 setidaknya ada 8 titik jejak sejarah mulai dari Benteng Oranje, Benteng Kalamata, Batu Angus, Benteng Kota Janji, Benteng Gamlamo, Benteng Tolukko, Makam Sultan Badaruddin II, dan Sumur Layang.

Jangan lupakan pula Pelabuhan Ahmad Yani, di mana di tempat itulah bangsa Portugis dan Belanda pertama menginjakkan kaki di bumi pertiwi.

Dari pelabuhan tersebut, sejarah kemudian tertoreh di Benteng Oranje yang dibangun pada 1607 oleh Gubernur Jenderal Belanda, Matelief de Jonge.

"Benteng ini pernah menjadi pusat pemerintahan VOC di bawah Gubernur Jenderal Jan Pieter Both sebelum kemudian dipindahkan ke Batavia," kata Staf Pemasaran Disbudpar Provinsi Maluku Utara, Azis Maumanda.

Benteng Kalamata adalah saksi sejarah yang lain. Bangunan itu dibangun Portugis pada 1540 untuk menghadapi serangan Spanyol dari Rum Tidore.

Sedangkan Benteng Kota Janji adalah saksi bisu tewasnya Sultan Khairun di tangan Portugis yang membangun benteng tersebut pada 1522.

Eksistensi Portugis di Ternate sebenarnya bermula dari didirikannya bangunan bernama Benteng Gamlamo yang dibangun pada 1522 sebagai benteng pertama yang didirikan bangsa itu sejak kedatangan mereka pada 1515.

Portugis juga mendirikan bangunan pengintai di tepi pantai Ternate Utara bernama Benteng Tolukko pada 1545 yang kemudian direstorasi oleh Belanda pada 1610.

Dan jika ingin menyaksikan jejak kedahsyatan letusan Gunung Gamalama, maka Batu Angus adalah tujuan utama. Tepat di kaki Gunung Gamalama terhampar bebatuan hitam sisa letusan gunung itu pada 1673.

"Dulu bebatuan ini dianggap batu terkutuk tapi sekarang batu berkah karena hampir seluruh bangunan di Ternate menggunakan batu angus sebagai pondasinya," kata Azis Maumanda.

Batu Angus juga merupakan tugu peringatan dan makam tentara Jepang yang gugur dalam pertempuran melawan sekutu pada Perang Dunia II.

"Di sana pula ada Morotai sebuah tempat yang digunakan oleh Jenderal Sekutu Mc Arthur menyusun strategi perang," kata Azis.

Terpesona Pantai
Maluku Utara adalah negeri dengan gugusan pulau di mana hanya sekitar 396 pulau yang dihuni penduduk, selebihnya sekitar 800-an pulau tak berpenghuni dan lebih dari 1.100 pulau tanpa nama.

Pantas bila negeri itu siap memikat pelancong dengan pantai-pantainya yang mempesona. "Wisata bahari lebih sering menjadi tujuan utama wisman datang ke Ternate," kata Permaisuri Ternate Boki Ratu Nita Budhi Susanti.

Selain susur pantai yang memikat, snorkling dan diving adalah tawaran yang sangat sesuai untuk lautnya yang bening dan transparan layaknya kaca.

Di sana terhampar pantai berpasar putih Tobololo-Tabanga, Pantai Tolire Kecil, Pantai Bobane Ici, Pantai Kastela, dan Pantai Sulamadaha yang berhadapan langsung dengan Pulau Hiri.

Ingat pemandangan yang tergambar di pecahan uang seribu rupiah? Itulah Maitara dan Tidore yang terpapar demikian jelas di hadapan Ternate.

Ternate juga cantik lantaran dihiasi sejumlah danau. Di Ternate Selatan terhampar Danau Laguna. Dan tepat di bawah kaki Gunung Gamalama 18 km dari pusat kota terdapat Danau Tolire Besar.

Banyak yang mencoba melempar batu ke tengahnya namun tak satupun orang sanggup melakukannya. Tak jauh darinya tampak Danau Tolire Kecil yang berdampingan dengan Pantai Sulamadaha.

Wilayah itu sarat dengan budaya dan adat yang unik. Bambu Gila telah demikian kondang, tarian dengan bara api dan kemenyan yang melambangkan kebersamaan masyarakat Ternate.

Di luar itu masih ada tarian istana Dadansa, Masjid Sultan Ternate, Kedaton dan Museum Sultan Ternate, Genta Maria, Gereja Katholik Santo Willibrordus, Klenteng Sen Mun Yan, dan pohon cengkeh tertua di dunia; Cengkeh Afo yang bergaris tengah 198 m.

Jadi tak perlu bertanya mengapa "fangare sunyinga Ternate". Sebab terlampau mudah untuk jatuh cinta bila singgah ke bandar rempah Hindia Timur; Ternate.(H016/A038)

Oleh Hanni Sofia
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010