Ambon (ANTARA News) - Kota Ambon, ibu kota provinsi Maluku dijadikan sebagai proyek percontohan pengembangan program Water Front City (WFC) di Indonesia oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Wali Kota Ambon, Jopi Papilaja, di Ambon, Jumat, proyek WFC yang mulai diterapkan di Kota Ambon dengan titik berat pada kawasan Teluk Ambon, sudah diadobsi KKP sebagai proyek percontohan guna dikembangkan di tanah air," katanya.

Papilaja mengaku konsep WFC akan dipresentasikannya di Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 16 April 2010 mendatang dan selanjutnya akan dipresentasikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad akan mempresentasikannya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Menteri Fadel Muhammad akan mempresentasikannya kepada Presiden SBY bertepatan dengan pelaksanaan event pelayaran internasional Sail Banda 2010 di Ambon Agustus mendatang," katanya.

Kementrian Kelautan dan Perikanan telah mengambil alih konsep ini sebagai pilot proyek implementasi pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang 27 Tahun 2008 tentang pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Menurut Papilaja, saat ini master plant pengembangan WFC sedang disusun oleh Tim independen dan diharapkan rampung dalam waktu dekat dan diikuti dengan pembuatan peraturan daerah (Perda) tentang pengembangan pesisir Teluk Ambon sebagai sentra ekonomi baru.

Dia mengakui program yang 90 persen anggarannya dibiayai swasta dan pemerintah pusat itu, jika terlaksana dengan titik berat pengembangan potensi kawasan Teluk Ambon dan potensi wisata itu akan menyerap tenaga kerja lebih dari 200 ribu orang.

"Jika program ini berjalan lancar maka akan terbuka kesempatan kerja bagi 200 ribu orang sebagai tenaga profesional di restoran, cafe tempat diving, sekolah diving dan lain-lain dan dalam kurun waktu 10 tahun mendatang tidak ada lagi warga Kota Ambon yang menganggur," katanya.

Dia menandaskan, program pengembangan kawasan pesisir sebagai pusat ekonomi akan berdampak menjadikan Ambon sebagai kota jasa pelayanan pariwisata bahari di Maluku sekaligus merupakan cara untuk mencegah permasalahan tanah yang merupakan faktor penghambat masuknya investasi di daerah ini.

Konsep WFC juga merupakan salah satu program yang akan ipresentasikan dan ditawarkan kepada ratusan investor dalam dan luar negeri saat kegiatan "Maluku Investman Day" yang digelar Bank Mandiri.


Empat Kawasan Pengembangan

Kepala Dinas Tata Kota Ambon Sam Latuconsina menegaskan, konsep WFC mendasari penataan Teluk Ambon berdasarkan empat wilayah pengembangan yakni kawasan ekowisata hutan bakau, wisata Air Salobar, kawasan Pantai Mardika dan kawasan Hatiwe Kecil.

Kawasan hutan Bakau di desa Passo, Kecamatan Baguala, akan dikembangkan menjadi kawasan ekowisata dan diareal ini akan dibangun sarana jelajah hutan bakau dan cafe-cafe buat para wisatawan dengan nilai investasi sebesar Rp5,1 miliar.

Kawasan wisata Air Salobar yang saat menjadi tempat piknik alternatif bagi warga kota Ambon akan ditata menjadi lokasi wisata modern dengan pedestarian, kios dan wisata kuliner dengan nilai investasi mencapai Rp10,2 miliar.

"Kawasan ini akan dibangun tanpa mengurangi lebar jalan raya yang ada sekarang dan tidak juga dengan reklamasi pantai, tetapi menggunakan sistem floting atau terapung," katanya.

Kawasan Pantai Mardika juga akan ditata dengan jalur hijau, pedestarian, ruang publik dan restoran atau cafe terapung dengan investasi Rp5,1 miliar, sedangkan kawasan Hatiwe Kecil akan ditata dengan konsep yang sama, tetapi dipaketkan dengan pembangunan Pasar "Ole-Ole". Total nilai investasinya direncanakan mencapai Rp53,2 miliar.

"Jadi jika mau beli oleh-oleh khas Ambon tinggal datang ke pasar Ole-Ole. Direncanakan juga akan dibuat pelabuhan bagi kapal-kapal ikan milik nelayan yang memasok ikan ke Pasar Ikan Higienis yang telah ada di kawasan Tantui ini," ujarnya.

Pengembangan seluruh kawasan ini akan dilakukan dengan sistem floating dan akan dilakukan dalam dua tahun sisa masa jabatan Papilaja, dengan total nilai investasi mencapai Rp70 miliar. (Ant/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010