Washington (ANTARA News) - Perjanjian baru perlucutan nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia seharusnya membantu mendorong dukungan China atas sanksi terhadap program nuklir Iran, kata Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Jumat.

"Saya kira kerja sama antara Rusia dan Amerika Serikat telah sangat berguna untuk memperoleh partisipasi China", bagi resolusi PBB untuk Iran, kata Hillary saat menjawab sebuah pertanyaan dari seorang mahasiswa saat memberikan pidato di Universitas Louisville, Kentucky.

Negara-negara seperti Iran dan Korea Utara, tambah dia, "makin sulit untuk memberi alasan karena mereka tidak melaksanakan kewajibannya".

Presiden AS Barack Obama menandatangani perjanjian bersejarah, Kamis, di Praha, dengan timpalannya dari Rusia, Dmitry Medvedev. Dalam kesepakatan itu kedua negara akan memotong simpanan senjata nuklir mereka sekitar 30 persen dari perjanjian yang sama pada 2002.

"Dapatkah upaya kami mewujudkan perjanjian START baru mendorong negara-negara lain untuk mendukung sanksi serius bagi Iran? Saya percaya bisa," kata Hillary setelah menyatakan langkah pengurangan persediaan tampaknya tidak serta merta meyakinkan Iran atau Korea Utara untuk mengubah sikapnya.

Namun Beijing "menjadi lebih yakin beberapa bulan terakhir" mengenai perlunya untuk melakukan aksi mengenai dugaan program nuklir Teheran, tambahnya.

Duta Besat China untuk PBB, Kamis, bergabung bersama utusan khusus lain dari Inggris, Perancis, Rusia, AS dan Jerman untuk meloloskan sebuah rancangan resolusi AS yang akan menjatuhkan sanksi atas Pengawal Revolusi Iran --yang kuat dan diyakini terlibat dalam aktivitas proliferasi nuklir.

Beijing mengkonfirmasi akan bertemu lagi dengan perwakilan negara kuat itu di New York untuk membahas langkah selanjutnya mengenai Iran, sekalipun juru bicara Kementerian Luar Negeri Jiang Yu bersikeras Beijing "masih yakin dialog dan konsultasi adalah langkah terbaru untuk menyelesaikan isu nuklir."

China sejauh ini menolak untuk mendukung seruan Barat atas sanksi baru untuk Teheran, dan pekan lalu menerima pimpinan juru runding nuklir Republik Islam itu.

Beijing memiliki hubungan diplomatik dan perdagangan yang erat dengan Iran, yang didominasi oleh import sumber daya energinya dari Iran.(G003/C003)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010