Bangkok (ANTARA News/Reuters) - Pasukan keamanan Thailand menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah ribuan pengunjuk rasa yang membalas dengan granat, senjata dan bom molotov dalam kerusuhan yang menewaskan sembilan orang di Bangkok, Sabtu.

Sedikitnya 242 orang, termasuk 64 tentara dan personil polisi menderita luka-luka dalam serangkaian bentrokan yang pecah di dekat jembatan Phan Fah dan Jalan Rajdumoen di kawasan Bangkok lama.

Lokasi bentrokan itu merupakan satu pangkalan pengunjuk rasa dimana gedung-gedung pemerintah dan kantor perwakilan regional PBB berada.

Lima warga sipil, termasuk seorang wartawan, dan empat serdadu tewas, kata Wakil Gubernur Bangkok Malinee Sukavrejworakit tanpa memberi rincian lebih jauh.

Ratusan orang demonstran dari kelompok "Baju Merah" yang antipemerintah juga berusaha menuju kantor pemerintah di dua kota di bagian utara negeri itu.

Aksi ini meningkatkan pergolakan anti-Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva dan pemerintah dukungan militer yang telah berlangsung 16 bulan.

Setelah beberapa jam kerusuhan, Juru Bicara Angkatan Darat Sansern Kaewkamnerd mengatakan para serdadu akan ditarik di kawasan lama itu karena amuk massa menyebar ke Jalan Khao San, kawasan tempat berkumpulnya para turis menengah ke bawah.

"Kalau ini berlanjut, kalau AD menanggapi kelompok Baju Merah, kekerasan akan meluas," kata Sansern.

Ia mendesak para pengunjuk rasa yang melempari polisi dengan bom-bom molotov dan granat M79 itu agar mengikuti langkah aparat keamanan. Ia mengatakan sejumlah demonstran bersenjata api.

Seorang pemimpin kelompok itu kemudian meminta para anggotanya agar mundur ke tempat-tempat protes utama.

Jalan Khao San seperti kawasan perang, kata seorang fotografer Reuters. Kaca jendela-jendela toko pecah. Mobil-mobil dirusak dan dibakar. Banyak personil polisi terluka di jalan itu.

Polisi mengatakan kepada wartawan bahwa sejumlah pengunjuk rasa menyulut tabung gas dan menggerakkannya ke arah tentara.

"Kami mengubah tuntutan kami dari pembubaran parlemen dalam 15 hari menjadi pembubaran parlemen segera," kata pemimpin unjuk rasa Veera Musikapong kepada para pendukung kelompok itu. "Dan kami mengimbau Abhisit agar meninggalkan negeri ini segera."

Para serdadu melancarkan dua serangan utama ke arah pengunjuk rasa di kawasan jemabatan Phan Fah dan Jalan Rajdumnoen. Tapi usaha mereka membubarkan unjuk rasa gagal.

Serangan siang hari berakhir dan suasana tetap tegang dengan banyak orang cidera. Setelah gelap, para serdadu membuka serangan lagi dengan peluru karet sekiat 500 meter dari perempatan yang mengarah ke kawasan turis Khao San di Bangkok. Media Thailand juga melaporkan helikopter menjatuhkan gas air mata.

Puluhan ribu orang masih berada di distrik utama pusat perbelanjaan dan hotel-hotel bintang lima selama sepekan dalam aksi kelompok "baju merah" beranggotakan kelas pekerja dan warga desa ini.

Mereka mengaku terpinggirkan dalam satu negara yang jurang pemisah antara kaya dan miskin begitu lebar.

Para pengunjuk rasa menjadikan mobil taksi dan bak terbuka sebagai barikade di kawasan itu dan memperluas kendali ke beberapa blok lain. Ratusan personil polisi antihuru-hara yang berkumpul di satu tempat mundur setelah terkepung kelompok Baju Merah.

Kekerasan itu terjadi tepat setahun setelah sekitar 10.000 pendukung bekas perdana menteri Thaksin Shinawatra memacetkan jalan-jalan kota Bangkok selama beberapa hari.

Mereka menduduki perempatan utama Bangkok dalam aksi politik terburuk dalam 18 tahun terakhir itu.

Dalam protes-protes itu, para pendukung Thaksin ini membajak mobil-mobil tanki, membakar bus-bus umum dan melemparkan bom molotov ke arah tentara hingga Angkatan Darat Thailand memberlakukan keadaan darurat.

(Uu.M016/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010