Semarang (ANTARA News) - Melati, yang akrab disapa Imel, balita yang diduga terkena "atresia bilier", sampai saat ini masih menjalani terapi secara intensif di RSUP dr. Kariadi Semarang.

"Terapi yang bernama `cryoablation therapy` itu ditujukan untuk mengempiskan pembengkakan pada kedua kakinya," kata ibu Imel, Meirika (33) di Semarang, Senin.

Menurut dia, terapi yang dilakukan pada hari ini (12/4) merupakan terapi yang keenam, sebab tim dokter memutuskan Imel harus menjalani terapi setiap hari selama seminggu.

"Karena pembengkakan pada lutut Imel hingga hari keenam ini belum membaik, maka tim dokter memutuskan terapi bagi Imel diperpanjang selama seminggu lagi," katanya.

Sementara ini, kata dia, Imel memang harus menjalani terapi rutin setiap hari selama seminggu, setelah kondisinya membaik maka terapi dapat dilakukan setiap tiga hari sekali.

Ia mengatakan sebelum dilakukan penanganan terhadap kelainan liver yang diderita putri keduanya itu, tim dokter memang mengupayakan agar Imel dapat berjalan terlebih dahulu.

"Setiap pagi dan malam hari, lutut Imel juga harus dikompres dengan air dingin, sebab menurut tim dokter dapat membantu terapi yang tengah dilakukan," kata istri Yuli Afrizal (39) tersebut.

Menurut dia, "cryoablation therapy" yang dijalani Imel memang menggunakan suhu minus 75 derajat Celcius selama sekitar lima belas menit, sehingga saat awal terapi Imel sempat menangis dan menjerit.

"Mungkin Imel kaget dengan suhu yang sangat dingin, namun setelah beberapa kali terapi Imel sepertinya telah terbiasa," kata warga Jalan Cilacap Barat Nomor 100, Belawan, Medan, Sumatra Utara itu.

Seperti diwartakan sebelumnya, RSUP dr. Kariadi Semarang kedatangan satu balita penderita "atresia bilier" bernama Imel yang berasal dari Medan, Sumatra Utara pada Senin (5/4).

Imel yang berusia 4,8 tahun itu menderita gejala-gejala yang menyerupai penyakit "atresia bilier", seperti kulit berwarna kuning, perut membuncit, dan buang air besar (BAB) yang berwarna putih.

Namun, tim dokter yang melakukan pemeriksaan justru menyatakan bahwa penyakit yang dialami Imel belum tentu "atresia bilier", sebab harus dilakukan pemeriksaan sebelum memastikan.

Penyakit "atresia bilier" atau saluran empedu tidak terbentuk merupakan penyakit yang juga diderita mendiang Bilqis Anindya Passa, yang akhirnya meninggal dunia setelah dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang untuk persiapan operasi cangkok hati. (ZLS/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010