New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak "rebound" (berbalik naik) tajam pada Rabu, setelah lima sesi berturut-turut jatuh, di tengah penurunan tak terduga pada stok minyak mentah di Amerika Serikat - pengguna energi terbesar di dunia.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei, melonjak 1,79 dolar menjadi 85,84 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei meningkat 1,43 dolar menjadi 86,15 dolar per barel.

Pasar bereaksi terhadap sebuah laporan oleh Departemen Energi AS Rabu, bahwa persediaan minyak mentah AS telah turun 2,2 juta barel pekan lalu, menunjukkan permintaan minyak meningkat menjadi pemicu pemulihan ekonomi terbesar di dunia.

Para analis telah memperkirakan kenaikan 1,1 juta barel.

"Selain itu, kami melihat beberapa peningkatan permintaan bensin dan permintaan distilat dibandingkan angka tahun lalu," kata analis Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.

"Pasar mengambil itu bersamaan dengan sinyal dari Wall Street mengenai pendapatan, bahwa perekonomian terus membaik," kata dia.

Laporan penadapatan positif perusahaan didukung ekspektasi sebuah pemulihan ekonomi yang stabil telah mendorong saham Amerika melampaui tingkat kunci.

"Selama pekan lalu, telah ada rekor volume perdagangan di NYMEX (New York Mercantile Exchange, bursa komoditas berjangka terbesar di dunia), banyak uang baru yang masuk ke pasar komoditas," kata Lipow.

Pasar juga bereaksi terhadap berita bahwa kartel produsen minyak OPEC memproyeksikan pertumbuhan moderat permintaan minyak dunia tahun ini dan pengumuman oleh kelompok minyak Inggris-Belanda, Shell, yang telah memangkas produksi minyak mentah di Nigeria untuk memungkinkan perbaikan, kata para pedagang.

"Nadi ekonomi dunia adalah variabel yang akan menentukan nasib permintaan minyak dunia tahun ini," Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan dalam laporan bulanan April.

"Kegiatan ekonomi di AS sedang memainkan kartu liar untuk pertumbuhan permintaan minyak dunia.

"Mengingat pemulihan ekonomi dunia lambat, pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2010 diperkirakan sebesar 0,9 juta barel per hari (bpd) atau 1,1 persen menjadi rata-rata 85,2 juta barel per hari," kata laporan itu.

Pada Selasa, Badan Energo Internasional (IEA) yang berbasis di Paris menaikkan proyeksi permintaan minyak tetapi memperingatkan tentang risiko potensial untuk pemulihan ekonomi yang diakibatkan oleh biaya energi yang tinggi.

Harga minyak di atas 80 dolar AS per barel bisa menghambat pemulihan ekonomi, IEA mengatakan.

Di tempat lain pada Rabu, Shell mengatakan telah menghentikan 100.000 barel per hari dari produksi di lapangan lepas pantai Nigeria untuk melaksanakan perbaikan peralatan utama. (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010