Jakarta (ANTARA News) - Korban tewas dari kerusuhan yang terjadi di makam Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara, Rabu (14/4) mencapai tiga orang, seluruhnya merupakan petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Kepala Bidang Informasi Publik, Dinas Komunikasi Informasi dan Humas DKI Jakarta, Cucu Ahmad Kurnia di Jakarta, Kamis menyebutkan korban tewas sehari setelah kejadian adalah tiga orang anggota Satpol PP yakni M. Soepono yang bertempat tinggal di Kelurahan Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Kemudian Israel Jaya yang bertempat tinggal di Jatibening, Pondok Gede, Bekasi dan Ahmad Tadjudin yang beralamatkan Kelurahan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo Kamis pagi melayat jenazah salah seorang anggota Satpol PP yang tewas, Ahmad Tadjudin di rumahnya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Kepada keluarga almarhum, Gubernur menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam dan penyesalan terhadap kejadian tersebut yang berakhir anarkis.

"Saya sampaikan belasungkawa atas peristiwa ini," kata Fauzi.

Dalam kesempatan itu, Gubernur juga berharap agar seluruh komponen bangsa merenungkan kejadian tersebut agar setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan damai tanpa ada kerusuhan.

Setelah melayat jenazah satpol PP Ahmad Tadjudin, Gubernur DKI Jakarta kemudian menuju RSUD Tarakan, Jakarta Pusat untuk melihat secara langsung kondisi korban luka-luka akibat bentrokan Rabu malam kemarin di kawasan makam Mbah Priok, Jalan Dobo, Koja, Jakarta Utara.

Sementara itu, Kepala Satpol PP Harianto Badjoeri mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan apakah terjadi pelanggaran prosedur standar di lapangan ketika melakukan penertiban sehingga terjadi kerusuhan.

Bahkan, para petugas Satpol PP yang terbukti melakukan pelanggaran akan diberikan sanksi yang sesuai.

"Pasti ada sanksi bagi yang melakukan penyerangan terlebih dahulu," kata Harianto ketika dihubungi.

Meskipun demikian, Harianto menyebut jika ada petugas Satpol PP yang menjadi emosi dan balik menyerang, itu merupakan hal yang wajar.

"Itu adalah dinamika di lapangan, toh kita diserang duluan. Itu manusiawi," katanya.

Petugas Satpol PP tidak membawa senjata dan hanya membawa tameng ketika melakukan penertiban sementara warga yang mencoba mempertahankan bangunan liar disekitar makam Mbah Priok telah menyiapkan berbagai senjata tumpul seperti batu maupun senjata tajam baik clurit, golok maupun pedang samurai.(A043/A024)


Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010