Mamuju (ANTARA News) - Angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat masih sangat tinggi akibat lambannya pembangunan infrastruktur di wilayah itu.

"Jumlah penduduk miskin di Mamasa masih banyak akibat pembangunan dari berbagai aspek masih sangat terbatas, khususnya pembangunan infrastruktur jalan sebagai sarana yang vital untuk penunjang lancarnya roda ekonomi," kata Bupati Kabupaten Mamasa, Sulbar Obed Nego Depparinding di Mamuju, Senin.

Ia mengatakan, Mamasa yang telah berumur delapan tahun sejak resmi menjadi daerah otonomi baru berpisah dari induknya dari Kabupaten Polewali Mandar, masih terbilang tertinggal dan terbelakang, sehingga daerah ini membutuhkan percepatan pembangunan secara menyeluruh, baik infrastruktur jalan maupun percepatan investasi dan perluasan kesempatan kerja sebagai upaya penanggulangan angka kemiskinan.

"Meskipun dalam tiga tahun terakhir angka kemiskinan di Mamasa mengalami penurunan, namun, hal itu tidak mempengaruhi peningkatan ekonomi masyarakat secara global," ujarnya.

Obed yang juga Ketua DPD II Partai Golkar Mamasa ini menjelaskan, angka kemiskinan tahun 2006 sebesar 25,44 persen mengalami penurunan tahun 2007 dengan capaian sebesar 24,91 persen, demikian pula capaian tahun 2008 kembali ditekan dengan kisaran sebesar 18,06 persen.

"Penurunan angka kemiskinan itu juga diperkirakan akan kembali turun tahun 2009, mengingat geliat perekonomian di Mamasa saat ini menunjukkan adanya peningkatan, meskipun perkembangan penurunan kemiskinan diprediksi tidak akan signifikan," jelasnya.

Untuk memangkas angka kemiskinan di Mamasa, pihaknya saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan anggaran untuk percepatan pembangunan jalan yang menghubungkan antara kabupaten Polewali Mandar dan Mamasa, serta pembangunan jalan menuju Kabupaten Tanah Toraja (Sulawesi Selatan).

"Jika akses jalan ini sudah rampung, maka kami yakin angka kemiskinan akan tertangani secara optimal karena arus transportasi di daerah sebagai penggerak roda ekonomi juga sudah membaik," ucapnya. (ACO/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010