Pangkalpinang (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Bangka Belitung menilai, pembukaan lahan tambang dan sawit secara besar-besaran dapat memicu terjadinya banjir di provinsi itu.

"Banjir terjadi disebabkan alam yang salah urus dan eksploitasi lahan secara sporadis terutama akibat aktivitas pembukaan lahan pertambangan dan perkebunan sawit secara besar-besaran," kata Koordinator Walhi Bangka Belitung (Babel, Yudho H Marhoed di Pangkalpinang, Minggu.

Hal itu dikemukakannya sehubungan sering terjadi banjir di beberapa lokasi dalam Kota Pangkalpinang ketika terjadi hujan lebat yang kedalaman bisa mencapai satu hingga dua meter.

"Banjir juga dipicu oleh penataan kota yang tidak kondusif dengan perkembangan saat ini, manajemen pola penanggulangan lingkungan hidup yang dilakukan pemerintah saya pikir tidak tepat," ujarnya.

Ia mengatakan, banjir yang terjadi sekarang ini bukan secara dadakan karena sudah terjadi sejak lama namun belum ada upaya kongkret yang dilakukan pemerintah untuk menangulanginya.

"Pemerintah harus berupaya mengatasi masalah banjir ini, jangan anggap ini fenomena alam sehingga terkesan dibiarkan," ujarnya.

Ia mengatakan, eksploitasi hutan secara besar-besaran baik di hulu dan hilir memicu terjadinya bencana alam berupa banjir.

"Banjir di Pangkalpinang adalah dampak pengeksploitasian hutan secara besar-besaran yang terjadi di hulu karena masalah banjir bukan melihat dari batas administrasi," ujarnya.

Ia juga mengatakan, alih fungsi lahan untuk pembangunan di Kota Pangkalpinang dapat memicu banjir karena berkurangnya resapan air.

"Banyak hal yang menjadi pemicu banjir di Pangkalpinang, termasuk alih fungsi lahan untuk kepentingan pembangunan juga dapat mengakibatkan terjadinya banjir," katanya.

Ia mengatakan, alih fungsi lahan untuk pembangunan rumah dan pembangunan lainnya di tempat resapan air dapat memicu banjir, sehingga banjir di Pangkalpinang tidak teratasi.

"Ke depan derap langkah pembangunan hendaknya memperhatikan pola lingkungan hidup untuk mengatasi terjadinya banjir besar," ujarnya. (HDI/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010