London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah dunia naik di London, tetapi jatuh di New York karena beberapa investor mengambil keuntungan setelah "rally" baru-baru ini, kata analis.

Pedagang juga menunggu hasil pertemuan Federal Reserve AS pada Selasa dan Rabu, dan rilis laporan mingguan AS yang menunjukkan permintaan energi di perekonomian terbesar di dunia.

Minyak mentah Brent Nort Sea di London untuk pengiriman Juni bertambah 12 sen menjadi 86,95 dolar per barel, setelah mencapai 87,75 dolar pada Senin -- tingkat terakhir terlihat pada Oktober 2008.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk penyerahan Juni, turun sembilan sen menjadi 84,10 dolar per barel pada Selasa.

"Ini bisa disebabkan aksi ambil untung karena harga minyak mentah (New York) sedikit menguat," kata Serene Lim, seorang analis bank ANZ berbasis di Singapura.

"Semua mata akan fokus pada laporan Fed ... Tergantung pada apa yang keluar dari pernyataan, yang akan berdampak suku bunga dan akhirnya dolar AS dan harga minyak mentah," katanya kepada AFP.

Karena minyak diperdagangkan dalam dolar, kekuatan atau kelemahan dari mata uang AS akan mempengaruhi harga minyak dan permintaan.

Federal Reserve AS akan membahas apakah akan menaikkan suku bunga utama dari rentang nol hingga 0,25 persen yang telah bertahan sejak Desember 2008.

Tingkat suku bunga terendah dalam sejarah dianggap penting untuk mendukung pemulihan ekonomi -- menjaga biaya pinjaman tetap rendah dan memicu pengeluaran.

Investor akan melihat dari dekat apakah Fed mengulangi janji lamanya untuk mempertahankan suku bunga sangat rendah "untuk periode perpanjangan".

Setiap pergeseran dalam bahasa dapat dilihat sebagai menyuarakan kebijakan moneter ketat yang dapat menjinakkan selera investor terhadap risiko.

Ekonomi AS, mesin utama bagi pertumbuhan global, sudah mulai pulih dari penurunan terburuk sejak tahun 1930-an.

Lim mengatakan pelaku pasar minyak juga akan memantau laporan minggguan Departmen Energi AS (DoE) yang akan dirilis Rabu.

Laporan ini merupakan indikator penting permintaan di negara konsumen energi terbesar dunia.

Menteri Perminyakan Kuwait Sheikh Ahmad Abdullah al-Sabah Senin mengatakan bahwa harga minyak saat ini 75-85 dolar per barel tidak mengganggu pemulihan ekonomi global.

"Sejauh pada tahun 2010 ini, kita menyaksikan tingkat harga minyak stabil di antara 75 dan 85 dolar per barel," menteri mengatakan pada sesi pembukaan Konferensi Minyak dan Gas Timur Tengah ke-18.

"Harga ini tidak akan menciptakan rintangan untuk pemulihan ekonomi dunia," kata Sheikh Ahmad.

Menteri Kuwait, yang negaranya adalah eksportir OPEC terbesar keempat, mengatakan kartel OPEC akan mengambil langkah untuk meningkatkan produksi jika harga minyak melambung di atas 100 dolar per barel. (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010