Thimphu (ANTARA News/AFP) - Para pemimpin India dan Pakistan akan mengadakan pembicaraan langsung Kamis pada pertemuan puncak regional di Bhutan, ketika kedua negara yang bersaing itu melangkah ke arah pembukaan lagi dialog yang dibekukan setelah serangan Mumbai 2008.

Perundingan antara Perdana Menteri India Manmohan Singh dan PM Pakistan Yousuf Raza Gilani akan berlangsung di sela-sela pertemuan Perhimpunan Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC), kata seorang juru bicara kementerian luar negeri India, Rabu.

Ia tidak memberikan petunjuk mengenai berapa lama perundingan itu akan berlangsung atau apa yang menjadi agenda pembicaraan.

Suasana menjelang pertemuan itu memburuk oleh pengumuman India pada Selasa bahwa seorang diplomat wanita yang bekerja di Kedutaan Besar India di Islamabad ditangkap atas tuduhan memberikan informasi rahasia kepada intelijen Pakistan.

Dalam pernyataan kepada wartawan di ibukota Bhutan, Thimphu, Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi mengatakan, setiap pembicaraan perlu membahas pentingnya memulai lagi dialog perdamaian penuh.

"Sudah waktunya India memutuskan apakah mereka ingin melakukan perundingan atau tidak... Perundingan merupakan satu-satunya cara untuk melangkah ke depan," kata Qureshi.

"Kita perlu melakukan sesuatu selain jabat tangan," tambah menteri Pakistan itu, menunjuk pada senda-gurau Singh dan Gilani pada pertemuan puncak mengenai keamanan nuklir di Washington sebelumnya bulan ini.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.
(M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010