Aden, Yaman (ANTARA News/Reuters) - Kelompok separatis bersenjata Yaman membebaskan dua prajurit yang diculik di wilayah selatan untuk mendorong pembebasan dua pemimpin selatan yang dipenjarakan, kata sejumlah pejabat, Rabu.

Menurut para pejabat anggota dewan daerah di wilayah itu, prajurit-prajurit tersebut dibebaskan pada Selasa larut malam setelah penengah suku di provinsi bergolak Lahej memperoleh janji dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah tahanan yang belum dibebaskan.

Prajurit-prajurit yang diculik itu sedang kembali ke barak mereka setelah cuti di kampung halaman mereka di Taizz ketika mereka ditangkap pada Sabtu, kata kementerian pertahanan. Penculik dilaporkan menetapkan batas waktu 48 jam bagi tuntutan-tuntutan mereka.

Yaman menjadi fokus kekhawatiran keamanan Barat setelah serangkaian serangan yang dilakukan oleh sayap Al-Qaeda yang bermarkas di Yaman, termasuk usaha pemboman pesawat tujuan AS dan serangan bom bunuh diri dengan sasaran duta besar Inggris di Sanaa.

Beberapa saksi mengatakan, seorang pria bersenjata yang naik sepeda-motor menembak mati seorang prajurit Senin di provinsi Abyan, Yaman bagian selatan, dan pasukan keamanan menangkap empat orang yang dicurigai terlibat dalam pembunuhan seorang prajurit lain pada April.

Sementara itu di wilayah utara, pemerintah Yaman menuduh gerilyawan Syiah menembak mati dua penggembala di tenda mereka di provinsi Jawf, dalam insiden yang melanggar gencatan senjata Februari, kata surat kabar online kementerian pertahanan.

Kelompok gerilya utara belum bisa dihubungi untuk diminta komentar mereka mengenai hal itu.

Pemerintah Yaman hingga kini menghadapi kekerasan bersenjata di wilayah-wilayah utara dan selatan.

Gerilyawan Syiah dan pemerintah menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri perang di kawasan utara pada Februari. Sejumlah gencatan senjata sebelumnya tidak berhasil ditegakkan.

Gencatan senjata yang mulai berlaku Jumat (12/2) itu merupakan upaya terakhir pemerintah untuk mengakhiri kekerasan bersenjata di wilayah utara yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orang mengungsi.

Kelompok gerilyawan Zaidi atau Houthi, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, dimana mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.

Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok Syiah itu sejak 2004.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Kekerasan di Yaman bagian selatan juga meningkat dalam beberapa waktu terakhir ini ketika separatis yang memprotes pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh bentrok dengan pasukan keamanan yang menewaskan tiga polisi dan lima pemrotes.

Ketegangan meningkat di Yaman selatan setelah seorang pemrotes tewas ditembak polisi pada 13 Februari. Insiden itu menyulut kerusuhan dimana separatis membakar pertokoan milik orang utara dan berusaha memblokade sebuah jalan utama.

Pihak berwenang melakukan operasi keamanan dan menangkap sekitar 180 orang di provinsi-provinsi selatan.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010