New York (ANTARA News/Reuters) - Menteri luar negeri Iran menyelenggarakan pertemuan dengan utusan Amerika Serikat dan anggota-anggota Dewan Keamanan PBB lainnya, Kamis sementara Teheran menghadapi kemungkinan sanksi baru PBB menyangkut program nuklirnya.

Para duta besar PBB dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Rusia tidak menghadiri pertemuan makan malam dengan Menlu Manouchehr Mottaki yang diselenggarakan misi PBB Iran, tetapi mengirimkan diplomat tingkat lebih rendah. Washington diwakili Wakil Duta Besar Alejandro Wolff.

Sebagian besar anggota dewan lainnya mengirim duta besar pada jamuan makan malam di kediaman duta besar Iran di Manhattan. Mereka itu termasuk dubes China Li Baodong, satu-satunya kepala misi dari lima anggota tetap Dewan Keamanan yang hadir.

Dubes Jepang Yukio Takasu menyatakan tidak ada hasil konkrit."Kami di sini tidak berunding, kami di sini untuk bertukar gagasan-gagasan umum," katanya kepada wartawan melalui penerjemah."Tidak ada perudingan tentang sanksi-sanksi. Yang paling penting adalah sebagian besar anggota Dewan Keamanan hadir di sini."

Wolff menolak memberi komentar kecuali hanya mengatakan "jamuan makan malam itu sangat baik." Para utusan lainnya meninggalkan tempat pertemuan itu tanpa berbicara dengan wartawan.

Washington tidak memiliki hubungan resmi dengan Iran dan jarang ikut serta dalam pertemuan dengan para pejabat Iran selain di PBB.

Tidak segera jelas kapan seorang diplomat AS terakhir menghadiri jamuan makan malam atau resepsi yang diselenggarakan Iran.

"Kami menganggap ini sebagai satu kesempatan bagi Iran untuk menunjukkan pada Dewan Keamanan PBB bahwa mereka siap mentaati peraturan-peraturam dan memenuhi kewajiban-kewajiban mereka," kata seorang pejabat AS sebelum pertemuan Kamis itu, menjelaskan kenapa Washington ikut serta.

Iran telah ditawarkan banyak kesempatan untuk membuktikan program nuklirnya adalah untuk tujuan damai," tambah pejabat itu.

Seorang diplomat Barat lainnya di dewan itu mengatakan pertemuan tersebut membuktikan dewan tetap mengusahakan pendekatan "jalur gabungan" dengan Iran-- perundingan yang disertai dengan ancaman sanksi-sanksi.

"Kami tetap ingin berunding," kata diplomat itu.

Washington dan sekutu-sekutu Baratnya menduga Iran sedang membuat senjata-senjata nuklir dengan kedok program energi sipil.

Teheran menegaskan program nuklirnya hanya untuk peningkatan kapasitas listrik tetapi menolak menghentikan kegiatan-kegiatan peka yang dapat membuat senjata-senjata atom.

Lima anggota tetapp Dewan Keamana PBB yaitu Inggris, AS, Prancis, Rusia dan China ditambah Jerman sedang melakukan perundingan selama beberapa minggu mengenai satu rancangan resolusi yang akan diberlakukan terhadap Iran karena menolak menghentikan program pengayaan uraniumnya.

Usulan itu, yang dirancang AS, menyerukan pengekangan terhadap perbankan Iran, embargo senjata penuh, tindakan lebih keras terhadap pelayaran Iran, tindakan terhadap para anggota Pengawal Revolusi Iran dan perusahaan-perusahaan yang mereka kuasai dan larangan investasi baru dalam sektor energi iran.

Para diplomat mengatakan Rusia dan China mempersoalkan embargo senjata yang diusulkan itu, larangan investasi energi dan tindakan-tindakan penghukuman lainnya masuk dalam rancangan yang diusulkan AS itu.

Washington dan sekutu-sekutunya mengharapkan Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara itu dapat memberikan keputusan mengenai resolusi sanksi-sanksi baru PBB itu akhir bulan lalu, tetapi para diplomat mengatakan perundingan mungkin berlarut-larut paling tidak sampai Juni.

(Uu.H-RN/H-AK/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010