Denpasar (ANTARA News) - Mark Ulyseas (53), warga negara India salah seorang aktor dalam film kontroversial "Cowboys in Paradise", memilih meninggalkan Pulau Dewata setelah usai menjalani pemeriksaan di markas Polda setempat.

"Dia memilih untuk meninggalkan Bali tidak semata-mata karena diperiksa polisi, melainkan izin masa tinggalnya telah habis," kata Edmund Wahyu Indrawan SH, pengacara Mark Ulyseas, ketika dihubungi di Denpasar, Sabtu.

Warga negara India yang telah cukup lama menetap di daerah Ubud, Kabupaten Gianyar itu, selama ini dikenal sebagai penulis masalah kebudayaan yang cukup banyak diterbitkan oleh madia massa dalam dan luar negeri.

Dalam film "Cowboys in Paradise", ia tampil sebagai tokoh dan pengamat sosial yang menjelaskan tentang sepak terjang "beach boys" dalam meladeni para wisatawan yang datang ke Pantai Kuta, Kabupaten Badung.

Kepada pihak Polda Bali yang memeriksanya, sang penulis berambut perak itu mengaku sempat diwawancarai Amit Virmani, sutradara "Cowboys in Paradise" yang juga warga keturunan India, yang kini menetap di Singapura.

"Saat itu saya diwawancarai mengenai soal kehidupan para anak pantai yang mudah dekat dengan turis wanita," ujar Mark Ulyseas saat diperiksa polisi.

Namun demikian, pria yang sudah empat tahun menetap di Bali itu mengaku tidak tahu kalau wawancara santai tersebut kemudian masuk ke dalam adegan film "Cowboys in Paradise" yang mengisahkan tentang kehidupan para gigolo di Pantai Kuta.

Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gde Sugianyar menyebutkan, baik Mark Ulyseas maupun beberapa "aktor" yang lain yang telah terlebih dahulu dimintai keterangan, umumnya mengaju tidak tahu kalau syuting gambar yang dilakukan Amit Virmani di Kuta adalah untuk produksi sebuah film dokumenter.

"Tidak ada yang tahu kalau sutradara Amit Virmani mengambil gambar di Kuta untuk kepentingan sebuah film dokementer, sebab Amit yang juga produser film itu hanya mengatakan untuk dokumen pribadi," katanya.

Setelah menjali pemeriksaan, Mark Ulysean memilih untuk meninggalkan Bali, sehubungan izin tinggal yang bersangkutan dinyatakan habis.

"Selain masa tinggalnya yang telah habis, warga India itu juga sering dicekam ketakutan setelah banyak orang melihat tayangan gambarnya lewat internet. Dia juga merasa terancam bila tetap di sini, sehubungan ada orang yang menduga dia sutradaranya," kata Edmond.

"Cowboys in Paradise" adalah film dokumenter yang mengisahkan praktik para gigolo atau lelaki tuna susila (LTS) yang siap melayani para wanita "hidung belang" yang tengah berwisata di kawasan Pantai Kuta, Kabupaten Badung.

Film yang memanfaatkan lokasi pengambilan gambar di pantai berpasir putih itu, merupakan garapan Amit Virmani, sutradara keturunan India yang kini menetap di Singapura.

"Cowboys in Paradise" menjadi heboh dan memunculkan banyak protes di Bali setelah film yang meraih sejumlah penghargaan dalam Korean International Documentary Festival itu, menyusul dapat disaksikan lewat jaringan internet.
(T.P004/A025/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010