Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, Sabtu, memuji kecaman Presiden Rusia Dmitry Medvedev terhadap pelanggaran hak azasi manusia yang pernah dilakukan Uni Soviet di bawah pemerintahan diktator, Joseph Stalin.

Obama menyampaikan pujiannya itu menjelang perayaan ke-65 tahun "Hari Kemenangan" Rusia yang menandai berakhirnya Perang Dunia II bagi Uni Soviet.

Jumat lalu, Presiden Dmitry Medvedev mengecam Uni Soviet dengan menyebutnya sebagai rezim "totaliter" yang "menekan hak dasar dan kebebasan".

Kecaman itu merupakan penilaian terbaru seorang pemimpin Rusia terhadap Uni Soviet dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Presiden Dmitry Medvedev, kejahatan Stalin tidak akan pernah bisa dilupakan.

"Presiden Medvedev telah menunjukkan kepemimpinannya yang luar biasa dalam menghormati pengorbanan orang-orang sebelum kita, dan dengan sangat jujur menyampaikan penindasan Uni Soviet terhadap hak-hak dasar dan kebebasan," kata Obama.

Dalam pandangan Presiden Obama, kata-kata presiden Rusia itu mengingatkan "kita semua agar bekerja sama atas nama dunia dalam mewujudkan tegaknya hak azasi manusia yang menjadi hak semua orang."

Takluknya fasisme pada Perang Dunia II merupakan kemenangan banyak orang yang memberikan pengorbanan yang luar biasa, termasuk warga Amerika dan Rusia, katanya.

Rusia, Minggu, akan memperingati Hari Kemenangan ditandai dengan parade militer yang melibatkan sekitar 10 ribu tentara Rusia dan misil nuklir, serta pasukan Inggris, Prancis, Polandia dan AS.

Presiden Obama mengatakan, pengorbanan banyak pihak selama Perang Dunia II akan dihargai dengan hadirnya pasukan berbagai negara yang terlibat dalam mempertahankan jati diri kemanusiaan dan keamanan bersama.

Hingga kini baik Presiden Medvedev dan Perdana Menteri Vladimir Putin jarang sekali mengeritik sistim Uni Soviet. Sebaliknya, keduanya justru lebih menekankan berbagai pencapaian era Uni Soviet.

Menurut Medvedev, setelah kemenangan Rusia pada Perang Dunia II, negara itu gagal mengembangkan perekonomiannya.

"(Kegagalan) ini disertai kematian dan semua itu berkaitan dengan keditaktoran," katanya dalam wawancara dengan Suratkabar Izvestia.

AFP/R013/B002

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010