Bekasi (ANTARA News) - Dua wartawan televisi swasta nasional terkena pukulan saat meliput aksi unjuk rasa yang melibatkan ribuan orang di Perumahan Harapan Indah, Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat.

Steven Antoni (23) seorang wartawan Metro TV, menderita memar di bagian belakang kepala dan Aditya (40) wartawan RCTI terkena pukulan di belakang kepala dan dijambak rambutnya.

Korban Steven mengatakan telah melaporkan kejadian tersebut kepada aparat Kepolisian Resor Metropolitan (Polrestro) Bekasi.

Keduanya menjadi korban dalam aksi unjukrasa aliansi Front anti Pemurtadan Bekasi (FPB) yang memperotes keberadaan Patung Tiga Dara di putaran pintu masuk Komplek Harapan Indah.

"Sekitar pukul 16:00 WIB, ribuan massa memenuhi lokasi Patung Tiga Dara di Perumahan Harapan Indah. Mereka meminta pengembang membongkar patung tersebut karena berpakaian seronok dan merusak estetika sejarah. Mereka ada yang menaiki patung dan memberikan patung itu kerudung," katanya.

Karena memasuki waktu Ashar, kata dia, massa menggelar shalat bersama di sekitar patung. Namun, ketika ada sebuah mobil melintas di sekitar kerumunan massa, massa menghentikannya dan terjadi cekcok dengan pengendara.

"Petugas keamanan komplek berupaya melerai keributan itu. Rupanya diantara massa ini ada yang jahil dengan melempar batu ke arah kericuhan itu," katanya.

Mobil sedan yang ditumpangi wanita itu pun segera melanjutkan perjalanan, sementara seorang lelaki yang melakukan pelemparan diamankan polisi.

Ketika akan digiring, massa tak terima dan berupaya melepaskan pemuda itu dari cengkraman petugas.

Stevan dan Aditya yang tengah meliput di tengah massa yang membaur secara tiba-tiba dipukul dari bagian belakang dan seseorang menjambak rambut korban Aditya.

"Yang saya lihat, orang itu merupakan bagian dari demonstran yang mengenakan rompi warna coklat," kata Steven.

Sedangkan Aditya mengaku dijambak rambutnya dari belakang dan tali kartu identitasnya putus ditarik massa ketika akan melerai keributan. "Namun, kamera kami berhasil selamat dari pengerusakan," ujarnya.

Ketua Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya, Murhali Barda, mengaku tidak mengetahui adanya tindak pemukulan itu. Kalau memang terjadi pihaknya siap bertanggung jawab. "Saya siap bertanggung jawab atas tindak pemukulan itu," katanya.

Dalam pesan singkatnya kepada korban dan sejumlah perwakilan wartawan, Murhali menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya insiden itu.

"Saya pribadi siap bila harus dibalas dengan pukulan. Sebab, saya adalah orang yang paling bertanggung jawab atas insiden ini," katanya.

(T.KR-AFR/M027/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010