Jakarta (ANTARA News) - Karir pria bernama lengkap Agus Dermawan Wintarto Martowardojo itu tetap cemerlang. Gagal menduduki Jabatan Gubernur Bank Indonesia (BI) tidak mematikan langkahnya. Ia kini justru melangkah menjadi Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani.

Sejarah Agus akan diuji oleh hal baru, masuk dalam pemerintahan. Sebagai pemangku jabatan politik, tentunya dia tiba bisa menafikan kepentingan-kepentingan politik yang mengitarinya.

Dan itu diakui pula oleh Sri Mulyani Indrawati yang menjadi menteri keuangan selama lebih lima tahun terakhir dan segera menduduki pos baru di Bank Dunia sebagai Direktur Pelaksana lembaga supervisi keuangan dunia itu.

"Kalau pada hari ini ada yang menyesalkan, menangisi Sri Mulyani memutuskan mundur dari posisi Menteri Keuangan, tentu ini adalah kalkulasi sumbangan saya sebagai pejabat publik yang tidak lagi dikehendaki dalam suatu sistem politik kartel, dari suatu kepentingan itu (yang) begitu sangat dominan dan nyata," kata Sri.

Sri juga mengeluhkan para "pejabat pengusaha" yang dinilainya masih bermental Orde Baru, yang meski melepaskan jabatan bisnisnya, keluarga-keluarga mereka yang duduk di perusahaan masih saja acap berkepentingan dalam pembuatan kebijakan publik. Ini juga akan menjadi tantangan Agus Martowardojo ke depan.

Menteri Keuangan adalah jabatan publik yang tidak bisa menapikan nuansa politis.

Dalam sitem politik Indonesia yang multipartai dan pemenang politik mesti berkoalisi karena tidak ada mayoritas tunggal seperti terjadi di era Orde Baru, pembentukan kabinet biasanya didasarkan pada kesepakatan politik dalam koalisi.

Oleh karena itu, menteri tidak bisa independen dari pengaruh politik. Lengsernya Sri Mulyani Indrawati membuktikan premis ini.

Siapa Agus?

Agus Martowardojo adalah bankir profesional yang berkarir sejak lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1984.

Sepanjang berkarir di perbankan, Agus menunjukkan kinerja terbaiknya sejak menjadi International Loan Officer di Bank of America, Cabang Jakarta, usai menamatkan kesarjanaannya.

Bertahan tiga tahun di Bank of America, Agus pindah ke Bank Niaga pada 1986 dan menduduki posisi Wakil Presiden untuk Korporasi selama kurang lebih delapan tahun.

Kemudian pindah ke PT Bank Bumiputera untuk menjadi Direktur Utama pada 1995. Di bank ini, dia tak bertahan lama karena pada 1998 ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero).

Selama kurun 1999 - 2002, Agus ditunjuk sebagai Direktur Bank Mandiri membawahi bidang manajemen risiko dan restrukturisasi kredit, "retail banking and operations," hingga terakhir di bidang pengembangan sumber daya manusia dan layanan pendukung.

Pada Oktober 2002, setelah menjabat Penasehat untuk Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dia ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Bank Permata Tbk yang merupakan hasil merger PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Ekspres, Bank Media, dan Bank Patriot.

Sejak Mei 2005, Agus Martowardojo dipercaya menduduki posisi puncak di Bank Mandiri sebagai Direktur Utama, sampai sekarang.

Ia juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Bankir Indonesia pada Desember 2005 dan menjabat Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Milik Negara (HIMBARA) sejak Juni 2006 hingga sekarang.

Selain itu, Agus juga Ketua Dewan Penasehat Perbanas sejak Juni 2006, menjabat Ketua Bankers Club Indonesia dari 2000 sampai 2003.

Pada 2001 sampai dengan 2004, dia menjadi anggota Dewan Nasional, Institut Bankir Indonesia.

Pada 2006, Agus dipilih Asiamoney sebagai Eksekutif Indonesia Terbaik dan memperoleh Penghargaan Keberhasilan Kepemimpinan (Leadership Achievement Award) dari The Asian Banker.

Dia mengikuti berbagai kursus perbankan dan manajemen, termasuk di State University of New York, Buffalo, AS, Universitas Stanford, Palo Alto, AS, dan Institute of Banking and Finance, Singapura.

Pria kelahiran Amsterdam 24 Januari 1956 ini sepertinya tidak lepas dari bank.

Ia pernah dicalonkan menjadi Gubernur BI oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tetapi terjegal di DPR. Kini dia melaju ke posisi Menteri Keuangan.

M041*A039/AR09

Oleh M Arief Iskandar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010