Yogyakarta (ANTARA News) - Sejumlah penerbit anggota Ikatan Penerbit Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta terancam gulung tikar setelah harga kertas pada semester pertama 2010 ini mengalami kenaikan hingga 40 persen lebih.

"Saat ini dari 50 anggota Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) cabang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebanyak 15 penerbit di antaranya tidak mampu lagi mencetak buku sehingga terancam gulung tikar," kata Kepala Divisi Promosi dan Pemasaran Ikapi DIY Apri Dhian, Sabtu.

Menurut dia, saat ini sebagian anggota Ikapi harus menaikkan harga buku terutama buku yang baru atau cetak ulang.

"Akibat melonjaknya harga kertas yang dipengaruhi harga kertas di pasar internasional ini, sejumlah anggota Ikapi terpaksa menaikkan harga jual buku hingga 15 persen," katanya.

Ia mengatakan, meskipun telah menaikkan harga jual buku sampai 15 persen namun keuntungan yang didapat masih sangat kecil.

"Penerbit jelas tidak mungkin menaikkan harga jual buku sesuai dengan kenaikan harga kertas, karena harus diakui daya beli buku masyarakat saat ini masih belum menggembirakan," katanya.

Apri mengatakan, naiknya harga kertas yang berdampak meningkatkan biaya produksi ini tentunya akan berdampak terhadap penjualan buku, apalagi saat ini masyarakat pembeli buku di DIY yang selama ini didominasi mahasiswa menunjukkan kecenderungan menurunkan anggaran mereka untuk membeli buku.

"Paling banter mereka hanya mengeluarkan 10 persen dari uang mereka untuk membeli buku, ini jauh berkurang sebelum adanya budaya telepon genggam. Dulu persentasenya bisa sampai 20 persen," katanya.

Ia mengatakan, dengan kondisi ini penerbit di DIY saat ini tak dapat menaikkan nilai penjualannyanya sepanjang lima bulan ke depan.

"Asumsi awal kami, penjualan buku di DIY akan mengalami penurunan pada 2010 ini," katanya. (*)

(U.V001/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010