Surabaya (ANTARA News) - Penjual jamu di Jalan Pecindilan VI nomor 20 Surabaya, Kho Li San (49) Selasa, tewas di tangan anak kandungnya Yosef alias Asep (26) yang mengalami gangguan jiwa.

Sebelumnya warga yang curiga karena hingga pukul 07.00 WIB, korban tak kunjung menggelar dagangannya di depan rumahnya.

"Biasanya jam 07.00 WIB, korban sudah menggelar dagangannya. Tapi tadi pagi dia tidak terlihat menggelar dagangannya. Akhirnya Pak RT dan warga masuk rumah itu dan Mama Li San sudah meninggal dunia," kata Sanusi (35), tetangga korban.

Saat itu warga melihat anak korban, Yosef terlihat mondar-mandir sambil menenteng senapan angin. Diduga senapan angin itu digunakan Asep untuk menghabisi nyawa ibunya.

Namun Ketua RT VI, H. Zaini dan Sanusi mengaku sebelumnya tak mendengar adanya keributan di rumah yang hanya dihuni Kho Li San dan Asep. "Sejak tadi malam saya dan warga sini tidak ada yang mendengar adanya keributan," kata Zaini.

Mendapati korban dalam keadaan tak bernyawa dengan tubuh berlumuran darah, warga segera melapor ke Mapolsek Genteng. Saat petugas datang ke tempat kejadian, Asep bersembunyi di dalam bak mandi rumahnya.

Anggota Polsek Genteng, Briptu Sudirman, membujuk pelaku untuk keluar dari persembunyiannya. Setelah hampir satu jam, pelaku bersedia keluar dari persembunyiannya dan langsung dibawa ke Mapolresta Surabaya Selatan.

Sementara jasad korban dikirim ke RSU dr. Soetomo Surabaya. Kepala Polsek Genteng, AKP Dolly A. Primanto, mengatakan, korban mengalami luka tembak pada bagian perut dan dada.

"Selain itu leher korban juga terluka. Diduga luka di bagian leher itu akibat sayatan benda tajam," katanya mengungkapkan.

Menurut Wakil Ketua RW VI Pecindilan, Hasan, pelaku sudah lama mengalami gangguan kejiwaan. "Mungkin dia stres melihat ibunya sendirian dan sakit-sakitan," katanya.

Kho Li San selama ini menderita stroke sejak 1997. Sedang korban sering memukul orang yang sedang lewat depan rumahnya, kalau penyakit kejiwaannya kambuh.  (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009