Moskow (ANTARA) - Polisi Georgia menyerbu kantor partai pemimpin oposisi Nika Melia dan menahannya pada Selasa pagi, beberapa hari setelah Perdana Menteri Giorgi Gakharia mengundurkan diri karena tidak setuju jika tokoh oposisi terkemuka itu harus ditahan.

Melia, ketua partai oposisi Gerakan Nasional Bersatu (UNM), dituduh menghasut kekerasan saat protes jalanan pada Juni 2019. Dia menolak tuduhan itu, yang dianggapnya bermotif politik.

Pengadilan di ibu kota Tbilisi pekan lalu memerintahkan Melia ditahan karena diduga gagal membayar jaminan. Kementerian Dalam Negeri saat itu mengumumkan penundaan pelaksanaan perintah penahanan Melia menyusul pengunduran diri Giorgi Gakharia.

Rekaman dari dalam kantor UNM yang diterbitkan oleh saluran (media) Sputnik Georgia menunjukkan Melia dikepung di dalam sebuah ruangan dengan beberapa pendukungnya, sementara para aktivis oposisi bentrok dengan polisi di jalanan.

"Kami menyerukan kepada perwakilan partai politik dan pendukung mereka untuk melakukan protes dengan cara damai, untuk menahan diri dari tindakan kekerasan dan tidak mengganggu keputusan pengadilan," Sputnik Georgia mengutip pernyataan Kementerian Dalam Negeri, mengacu pada perintah untuk menahan Melia.

Gakharia, yang mengundurkan diri pada 18 Februari, mengatakan keputusannya dipicu oleh ketidaksepakatan dengan timnya sendiri atas perintah untuk menahan Melia.

Gakharia mengatakan penahanan Melia tak berterima jika mengancam akan memicu perpecahan politik di negara Kaukasus Selatan berpenduduk 3,7 juta orang itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Pengadilan Rusia tolak permohonan banding hukuman Navalny

Baca juga: Polisi Myanmar tangkap aktor pendukung oposisi anti kudeta


 

Kandidat oposisi Belarusia Tikhanouskaya berikan suaranya pada pilpres

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021