Baquba, Irak, (ANTARA News) - Belasan warga kota Khales di timur laut Baghdad, Selasa, membakar rumah enam orang polisi setempat yang mereka tuduh terlibat dalam serangan bom mobil bulan lalu.

AFP melaporkan, sejumlah saksi mata dan sumber kepolisian mengatakan, Walikota Khales, Uday al-Khadran, juga terluka ketika para demonstran tersebut menyerang markas polisi.

Para pemrotes itu tidak hanya membakar rumah dan menyerang kantor polisi tetapi juga meminta pihak berwenang mengeksekusi para polisi yang mereka tuduh bertanggungjawab terhadap serangan bom mobil itu.

Aparat keamanan terpaksa melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumunan massa.

Serangan bom mobil 21 Mei lalu di pusat kota Khales itu menewaskan 30 orang dan melukai 80 orang lainnya. Menyusul terjadinya insiden itu, 39 orang ditahan.

Enam di antara mereka yang ditahan itu mengakui keterlibatan mereka dalam insiden berdarah tersebut. Semuanya polisi.

Menurut polisi, para pemerotes memulai aksinya dari pusat kota dekat pasar Khales. "Lalu mereka menuju markas besar polisi," kata seorang polisi yang tidak ingin disebutkan namanya.

"Para pemrotes itu membawa sejumlah plakat berisi tuntutan agar para aparat kepolisian Diyala yang terlibat dieksekusi dan pengakuan mereka disampaikan ke publik," katanya.

Beberapa demonstran sempat berusaha masuk ke markas polisi namun mereka berhasil dihalau setelah aparat melakukan tembakan ke udara.

Dalam aksinya, mereka melakukan pelemparan. Salah satu batunya mengenai kepala Uday al-Khadran di luar kantor polisi.

"Setelah itu, mereka bergerak menuju rumah milik ke-enam orang tersangka yang ditahan tersebut lalu membakarnya," katanya.

Serangan Mei lalu itu hanya berselang dua bulan setelah dua bom meledak di depan sebuah kafe dan restoran. Sebanyak 42 orang tewas dan 65 orang lainnya terluka dalam serangan di bulan Maret itu.

Dua serangan yang mengguncang Khales, kota berpenduduk mayoritas penganut Syiah, itu, terjadi paska-Pemilu parlemen.

Aparat keamanan Amerika Serikat dan Irak mengingatkan bahwa lamanya pembentukan pemerintahan koalisi itu memberi kelompok-kelompok perlawanan kesempatan untuk menggoyang stabilitas Irak. (R013/S008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010