Port Harcourt, Nigeria (ANTARA News/Reuters) - Kelompok militan utama Nigeria menyatakan, anggota-anggotanya bentrok dengan pasukan di daerah penghasil minyak Delta Niger, Kamis, namun militer membantah telah terjadi tembak-menembak.

Bentrokan itu merupakan kekerasan pertama di daerah penghasil minyak negara anggota OPEC itu dalam waktu beberapa bulan, setelah program amnesti bagi gerilyawan diluncurkan oleh pemerintah tahun lalu.

"Terjadi konfrontasi berdarah sekitar pukul 00.30... antara gerilyawan kami dan anggota-anggota militer Satuan Tugas Gabungan (JTF) setelah salah satu patroli kami berpapasan dengan dua kapal meriam JTF di negara bagian Delta," kata Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND) dalam sebuah pernyataan.

"Tembak-menembak berlangsung sekitar 30 menit," kata kelompok gerilya utama Nigeria itu.

Namun, juru bicara militer Letnan Kolonel Timothy Antigha mengatakan, kekerasan semacam itu tidak terjadi di daerah mana pun di Delta Niger.

"Saya bisa memastikan kepada anda bahwa tidak ada laporan mengenai insiden penembakan antara kami dan kelompok bersenjata di seluruh Delta Niger dalam 24 jam terakhir," katanya.

"Satu-satunya insiden kemarin adalah penangkapan sejumlah bunkerer dan tidak ada penembakan," katanya. Bunkerer adalah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang mencuri persediaan minyak mentah.

MEND pada awal Februari membatalkan gencatan senjata yang telah berlangsung tiga bulan dan mengancam melancarkan serangan habis-habisan terhadap industri minyak Nigeria, negara anggota OPEC.

Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.

Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.

Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.

Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Juli membebaskan Henry Okah, seorang pemimpin MEND, setelah tuduhan terhadapnya dibatalkan.

MEND menanggapi langkah itu dengan mengumumkan gencatan senjata 60 hari dalam "perang minyak" mereka.

MEND, kelompok paling lengkap persenjataannya diantara sejumlah kelompok pemberontak yang beroperasi di wilayah selatan penghasil minyak, mengklaim melancarkan sejumlah serangan sejak pemerintah Nigeria menawarkan amnesti pada Juni 2009.

Kelmpok itu telah mendesak semua perusahaan minyak yang masih beroperasi di Delta Niger segera pergi, dengan mengancam melancarkan serangan-serangan baru.

MEND bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap perusahaan-perusahaan minyak besar yang mencakup Shell, Chevron dan Agip.

Serangan-serangan itu sempat membuyarkan harapan bahwa tawaran amnesti akan menciptakan masa tenang.

Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.

Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.

Militer Nigeria memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini pada pertengahan Mei 2009, dengan membom kamp-kamp militan di sekitar Warri di negara bagian Delta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyon pasukan untuk menumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan diri ke daerah-daerah sekitar.

Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelah serangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakan kapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksi penuhnya selama beberapa tahun ini.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010