Denpasar (ANTARA News) - Tujuh penyelam membersihkan terumbu karang dari berbagai material pencemar laut seperti sampah plastik di kawasan Pantai Nusa Dua, Bali, Selasa.

"Kami berupaya melakukan pembersihan sampah-sampah plastik yang mengotori karang laut di kawasan Nusa Dua yang dilakukan setiap tiga bulan," kata Direktur Utama Pengembang Pariwisata Bali (Bali Tourism Corporation/BTDC) Ir Made Mandra di Nusa Dua, Bali.

Di sela acara "Beach and Reef Clean Up" itu, ia mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga habitat dan pelestarian karang laut di kawasan tersebut.

"Kami bersama masyarakat dan hotel-hotel yang ada di kawasan ini melakukan gerakan peduli laut, sehingga kondisi kerusakan struktur terumbu karang bisa secara perlahan-lahan dipulihkan," katanya.

Dikatakan, untuk pembersihan terumbu karang laut pihaknya melibatkan para penyelam yang peduli dengan lingkungan bawah laut. Disamping membersihan terumbu karang, BTDC juga mempunyai program penempatkan karang buatan.

"Dengan penempatan karang buatan itu diharapkan biota laut dapat hidup sehat dihabitatnya," kata Mandra.

Koordinator Yayasan Terumbu Karang Nusa Dua Pariama Hutasoit mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu wujud nyata pemangku jabatan pariwisata di kawasan Nusa Dua dan Tanjung Benoa terhadap persoalan lingkungan.

"Dalam gerakan bersih-bersih pantai tersebut adalah sampah plastik menjadi perhatian utama, karena sampah anorganik ini sangat menganggu lingkungan dan sulit diurai bakteri," katanya.

Selain untuk menjaga kebersihan lingkungan pantai, kata dia, bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan pantai atau laut sehingga terwujud pantai yang bersih, indah serta lestari.

"Sampah merupakan masalah cukup serius di berbagai belahan dunia, termasuk Bali. Salah satu kawasan yang terganggu dengan adanya sampah adalah laut. Sampah plastik di lautan sangat membahayakan, selain merusak pemandangan dan mencemari lingkungan, juga mengancam biota laut yang hidup di dalamnya," katanya.

Ia menjelaskan, berdasarkan laporan program Lingkungan PBB (UNEP) tahun 2006, setiap tahun lebih dari satu juta burung laut dan 100 ribu mamalia laut di antaranya paus, lumba-lumba dan penyu mati karena terjerat sampah atau salah memakan plastik yang mereka kira sebagai makanan.

Ia mengatakan, hasil penelitian seorang peneliti Kanada Dr James, menemukan plastik di dalam perut sepertiga penyu Leatherbacks. Penyu menyangka plastik yang mengapung adalah ubur-ubur sehingga salah makan.

"Sampah plastik juga berpotensi untuk melukai hewan laut seperti penyu, lumba-lumba, burung laut, singa laut dan lainnya," katanya.

(T.I020/I006/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010