Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama Bank CIMB Niaga Arwin Rasyid memperkirakan Bank Indonesia masih tetap mempertahankan suku bunga acuannya sekalipun pemerintah akan menaikkan tarif dasar listrik dan harga bahan bakar minyak.

Rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM) belum akan berpengaruh terhadap bunga acuan (BI Rate) Bank Indonesia (BI), katanya di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, terlalu cepat menganalisis permasalahan tersebut karena baru merupakan wacana yang saat ini masih dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

"Kami belum dapat memberikan tanggapan terlebih dahulu sebelum wacana itu benar-benar jadi dilaksanakan," katanya.

Apalagi rencana kenaikan itu, lanjut dia menimbulkan pro dan kontra sehingga pelaksanaan kemungkinan masih memerlukan waktu yang tepat untuk dapat direalisasikan.

"Kami memperkirakan pemerintah juga mempertimbangkan kedua faktor tersebut meski kenaikan TDL dan BBM sudah sangat mendesak," katanya.

Sebelumnya, pengamat perbankan dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan kenaikan TDL dan BBM berpotensi akan mendorong naik laju inflasi di dalam negeri.

Apabila laju inflasi meningkat, kata dia, peluang BI Rate untuk naik sangat besar yang semula 6,5 persen akan menjadi 7 persen.

Kondisi ini, menurut dia, juga akan memicu rupiah menguat karena pelaku asing akan lebih senang bermain di pasar domestik akibat tingginya selisih bunga antara rupiah dengan dolar.

Rupiah diperkirakan akan dapat mencapai di bawah angka Rp9.000,00 per dolar pada akhir tahun ini, katanya.

Posisi rupiah yang berada di bawah Rp9.000,00/dolar, menurut Edwin Sinaga, kemungkinan tidak akan bertahan lama karena BI akan menjaga tetap berada di atas Rp9.000,00/dolar.

Bank Indonesia akan masuk pasar melakukan intervensi atas penguatan rupiah dengan melepas cadangan rupiah sehingga kenaikan tertahan untuk tetap berada pada level Rp9.000 per dolar, ucapnya. (*)

(T.H-CS/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010