Jakarta (ANTARA News) - Ibukota Afghanistan, Kabul, dapat menghadapi kekurangan air parah dalam 50 tahun ke depan, saat sumur diduga kering akibat temperatur yang meningkat berkaitan dengan perubahan iklim, demikian hasil satu studi AS yang disiarkan Rabu (16/6).

Studi oleh badan survei geologi AS (USGS) memperkirakan keperluan akan air minum di daerah lembah sungai Kabul dapat naik enam kali lipat dalam lima dasawarsa mendatang akibat pertambahan penduduk saat pengungsi pulang dan peningkatan penggunaan air di ibukota Afghanistan tersebut.

Sumber daya air pada masa depan --yang sebagian sudah tercemar di ibukota Afghanistan-- terancam, kata studi itu, yang memperkirakan sedikitnya 60 persen sumur dangkal pemasok air tanah di daerah Kabul dapat terpengaruh dan mengering akibat perubahan iklim, demikian laporan Reuters.

Namun, tidak jelas berapa lama air tanah di daerah lembah Kabul yang digunakan secara luas dapat bertahan, terutama penggunaan air yang lebih banyak buat kebutuhan pertanian, kata studi tersebut.

Menurut perkiraan PBB saat ini, penduduk Kabul sekarang berjumlah 4 juta dan dapat mencapai 8 juta dalam waktu 50 tahun, kata penulis laporan itu sebagaimana dilaporkan kantor berita Inggris, Reuters.

Saat ini, penduduk memanfaatkan sebanyak 40 liter per orang setiap hari, dibandingkan dengan rakyat negara lain yang mengkonsumsi dua kali lebih banyak, kata Thomas Mack, pemimpin penulis laporan itu.

"Dengan peningkatan kualitas hidup, kami menduga penggunaan air per orang akan meningkat dan demikian juga dengan makin banyak orang yang menggunakan lebih banyak air, kami memperkirakan penggunaan air enam kali lebih banyak," kata Thomas saat menyajikan studi tersebut di Kedutaan Besar Afghanistan di Washington DC.

"Itu adalah keprihatinan yang sangat besar," katanya.

Tim USGS, yang bekerja bersama para ahli Afghanistan, meneliti temperatur air yang tercatat sejak 1960 dan mendapati peningkatan sebesar dua derajat celsius per dasawarsa. Peningkatan terbesar terjadi pada Februari.

Dampak pemanasan temperatur ialah salju, yang memberi air di seluruh lembah tersebut, mencair setiap tahun dan membuat makin sedikit air yang tersedia buat digunakan nanti, terutama selama musim panas ketika air sangat diperlukan.

Menurut studi itu, keprihatinan mengenai kualitas air di Kabul, yang dikatakan USGS dapat dikurangi melalui instalasi pengolahan air limbah dan perawatan kesehatan yang lebih baik serta penambahan jumlah sumur. Sekarang ini tak ada instalasi pengolahan di Kabul.

"Masalah penanganan air adalah masalah yang sangat penting bagi masa depan Afghanistan," kata Said Jawad, Duta Besar Afghanistan untuk Amerika Serikat.

Ada beberapa daerah, terutama di Afghanistan utara, yang memiliki sangat banyak air dan Jawad mengatakan jika kerangka kerja hukum yang tepat ditegakkan, negaranya pada masa depan dapat menjadi sumber penting air bagi negara tetangganya.

Ia mendesak negara donor internasional agar memberi perhatian lebih besar dan penanaman modal pada masalah penanganan air. Ditambahkannya, kalau ada sumber air yang bertahan sepanjang tahun, itu dapat membantu petani bergeser ke pengetahuan pertanian dari menanam opium, yang tidak sah dan kegiatannya menyulut aksi perlawanan.
(Uu.C003/S018/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010