Jakarta (ANTARA News) - "Tidak pernah dalam hidup saya menyaksikan tekel dan ganjalan yang begitu mengerikan," demikian komentar koresponden The Times ketika menyaksikan pertandingan Brazil lawan Hungaria pada perempat final Piala Dunia 1954 di Berne, Swiss.

Bukannya menampilkan filosofi "the art of football", tetapi yang tampil di hadapan puluhan ribu penonton ketika itu adalah perkelahian barbar.

Amat mengerikan, brutal, layaknya seperti pertempuran, sehingga tiga pemain dikeluarkan dari lapangan. Sebelumnya, terjadi jual beli pukulan dan tendangan, botol kaca berseliweran potongan papan berterbangan, sepatu dan benda keras lainnya berhamburan.

Korban pingsan berjatuhan sehingga kejadian itu hingga kini disebut dengan istilah "The Battle of Berne" atau Pertempuran Berne seperti tercantum dalam teks sejarah sepak bola tempo doeloe.

Pada awalnya, pertemuan antara Brazil dan Hungaria menghidupkan harapan penonton tentang dua pertandingan seru antara dua tim terbaik Amerika Latin dan Eropa. Tetapi ternyata, penonton mendapatkan lebih dari yang diharapkan.

Ketika laga baru berlangsung tujuh menit, Hungaria langsung memimpin 2-0 melalui gol yang diciptakan Nandor Hidegkuti pada menit ketiga dan Sandor Kocsis pada menit ketujuh.

Brazil meningkatkan serangan mereka dan akhirnya lahir gol balasan lewat titik penalti yang dicetak Djalma Santos pada menit ke-18. Hingga di sini, pertandingan masih berjalan seru dan mulus dan menarik untuk disaksikan.

Penonton masih disuguhi laga ketat sampai Mihaly Lantos mencetak gol ketiga Hungaria dari titik penalti pada menit ke-64 tapi semenit kemudian lewat serangan balik langsung dibalas Brazil melalui Julinho.

Kedudukan sementara 3-2 untuk keunggulan Hungaria dan pada posisi inilah pertandingan tiba-tiba panas. Apa penyebabnya?

Nilton Santos melalukan ganjalan ngawur ke kaki Jozsef Bozsik. Bozsik tidak menerima perlakuan lawannya dan ia mengejarnya dan mengirimkan bogem mentah ke wajah Nilton.

Lapangan hijau jadi kanvas adu jotos. Wasit Arthur Ellis dari Inggris mengeluarkan Nilton dan Bozsik kendati waktu itu kartu merah belum diberlakukan. Tapi hawa perkelahian tidak sirna kendati dua biang kerok itu sudah dikeluarkan dari lapangan.

Pemain dari bangku cadangan Brazil, Didi, melemparkan potongan papan sedangkan Djalma Santos bukannya mengejar bola tetapi mengejar lawannya, penyerang Hungaria Zoltan Czibor.

Tidak lama kemudian, Kocsis mencetak gol keempat untuk Hungaria pada menit akhir. Tapi dengan mengerikan Humberto melejit menghantam Gyula Lorant. Humberto dikeluarkan dari lapangan oleh wasit Ellis yang beberapa detik kemudian menghentikan pertandingan. Hungaria menang 4-2.

Pluit panjang ternyata tidak serta merta menghentikan permainan di lapangan.

Ferenc Puskas, bintang Hungaria yang tidak bertanding karena cedera, menghampiri Pinheiro dan menggepruk kepala pemain Brazil itu. Botol pecah menghantam kepala Pinheiro sehingga darah ngocor.

Brazil tidak menerima perbuatan Puskas dan mereka bukannya masuk ke kamar ganti mereka, melainkan ke ruangan istirahat tim Hungaria dan perkelahian terbuka pun terjadi. Mereka berkelahi tidak hanya menggunakan kaki dan tangan, melainkan menggunakan semua benda yang ada di dalam kamar ganti itu.

Bagaimana hasil pertandingan di kamar ganti Hungaria?

Seorang pemain Hungaria tumbang karena tidak sadarkan diri sedangkan pelatihnya Guzstav Sebes mendapat empat jahitan di kepalanya karena dihajar pecahan botol, (Bola Memang Gila, Owen A. McBall, 2010).


Di kandang FIFA

Piala Dunia 1954 dilangsungkan di kandang badan olahraga sepak bola dunia FIFA dan kebetulan bersamaan dengan 50 tahun berdirinya organisasi sepak bola dunia itu.

FIFA yang ketika itu dipimpin Rodolphe Seeldrayers asal Belgia, mengubah format turnamen. Sebanyak 16 tim yang mengikuti kompetisi, dibagi atas empat grup dengan dua tim unggulan pada setiap grup.

Hungaria tampil sebagai raksasa sepak bola usai Perang Dunia II, ketika menghantam Jerman 8-3 dan Korea Selatan 9-0. Hungaria yang tampil amat mengesankan, diperkuat pemain kaliber dunia ketika itu seperti Puskas, Kocsis, Hidegkuti dan Czibor, difavoritkan akan membawa pulang piala kemenangan.

Pertandingan semi final antara Hungaria lawan Uruguay dianggap sebagai salah satu permainan terbaik pada turnamen itu dan Puskas DKK menang 4-2 setelah perpanjangan waktu dan merobek rekor tak terkalahkan Uruguay.

Pada semi final lainnya, Jerman Barat yang grafiknya tibatiba menanjak menghantam Austria 6-1.

Partai puncak amat dramatis, ketika Hungaria sudah unggul 2-0 dan kelihatan akan mengulang kemenangan atas Jerman Barat di partai penyisihan, tetapi pada menit akhir mereka kecolongan, ketika kedudukan sudah imbang.

Jerman Barat juara dengan mengantongi 10 poin, disusul Hungaria (8), Austria (8), Uruguay (6), Brazil (3) dan urutan ke-16 diisi Korea Selatan dengan nol poin.

Pada turnamen Afrika Selatan 2010, Hungaria tidak termasuk dalam jajaran 32 tim yang bertanding dalam delapan grup, sedangkan Brazil sedang mengincar gelar juara Piala Dunia keenam setelah menggondol piala itu pada 1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002.

Kejuaraan Piala Dunia serta turnamen olahraga lainnya, selayaknya merupakan peragaan permainan indah dengan filosofi "the art of football", bukan menjadikannya sebagai adu jotos.

Masyarakat dunia masih menunggu permainan indah pada sisa laga Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. (A008/K004)

Oleh A.R. Loebis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010