Jakarta (ANTARA News) - Mayoritas kejahatan dengan kekerasan di perkotaan ternyata dilakukan oleh laki-laki kulit hitam, ungkap data kepolisian Inggris.

Tetapi, statistik juga menunjukkan bahwa laki-laki kulit hitam dua kali lebih besar kemungkinannya menjadi korban kejahatan tersebut.

Seperti dikutip Daily Mail, data dari dinas penyelidik Scotland Yard mengungkapkan bahwa laki-laki kulit hitam bertanggung jawab atas lebih dari dua pertiga penembakan dan lebih dari setengah perampokan dan kejahatan jalanan di London.
 
Statistik yang diterbitkan berdasarkan undang-undang Kebebasan Informasi itu telah memicu perdebatan tentang ras dan hubungannya dengan kejahatan di London.

Data polisi tersebut memuat etnik dari 18.091 pria dan anak-anak yang  ditangkap polisi di London selama 2009-2010 dalam kasus kejahatan dengan kekerasan dan kejahatan seksual.

67 persen dari mereka yang ditangkap polisi atas kejahatan dengan senjata api adalah mereka yang berkulit hitam.

54 persen pelaku kejahatan jalanan seperti perampokan, penyerangan  dengan niat untuk merampok dan merampas adalah laki-laki kulit hitam.

Dalam kasus seksual, 32 persen tersangkanya adalah laki-laki kulit hitam sedangkan 49 persen yang ditangkap adalah orang kulit putih.

Statistik juga menunjukkan bahwa wanita kulit hitam banyak terlibat  kejahatan kekerasan. Dalam kasus penyalahgunaan pisau, 45 persen pelakunya adalah perempuan berkulit hitam.

Dari jenis kelamin perempuan yang terlibat kejahatan dengan senjata api,  58 persen adalah perempuan kulit hitam sedangkan dalam  perampokan jumlah mereka 52 persen.

Penduduk London mencapai  7,5 juta orang dan 12 persennya berkulit hitam (termasuk hitam campuran) sedangkan 69 persen adalah kulit putih.

Di sisi lain, data penegak hukum Inggris juga menunjukkan bahwa  laki-laki kulit hitam lebih cenderung menjadi korban kejahatan dengan kekerasan.

Ada 832 kulit hitam yang jadi korban penembakan di antara  2.882 laki-laki korban penembakan selama kurun 2009-2010.

Data tahunan menunjukkan bahwa orang kulit hitam sekurang-kurangnya enam kali lebih besar kemungkinannya digeledah polisi.

Richard Garside, dari Pusat Kejahatan dan Keadilan Studi di King's College London, mengatakan: "Mengingat sejarah panjang rasisme  dan imperialisme Inggris Raya, tidak mengejutkan bahwa kelompok-kelompok etnis hitam dan minoritas terdisproporsionalkan dalam  kelas sosial dan mereka  cenderung lebih besar menjadi korban maupun jadi sasaran kecurigaan polisi. (BRIT/ADM/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010