Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono meminta Fatayat Nahdlatul Ulama sebagai salah satu organisasi kewanitaan Islam, mampu mengantisipasi tantangan transisi demografi dalam satu dasawarsa ke depan.

"Transisi demografi yang tengah kita hadapi adalah peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi bangsa ini, di mana kita telah berhasil memperbaiki kesejahteraan kita sehingga ketergantungan penduduk tidak produktif terhadap penduduk produktif menurun," ujarnya di Jakarta, Jumat.

Berbicara pada pembukaan Kongres XIV Fatayat NU ia mengatakan, kualitas hidup rakyat Indonesia secara umum semakin baik, angka harapan hidup meningkat, angka ketergantungan masyarakat usia tidak produktif terhadap kelompok manusia usia produktif terus menurun.

"Bahkan PBB pun mencatat penurunan angka ketergantungan penduduk Indonesia dibandingkan negara lain di Asia akan terus menurun dalam kurun 2010-2010. Ini adalah peluang emas bagi Indonesia untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Ini yang disebut bonus demograsi," kata Boediono.

Namun, peluang itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai angka partisipasi kerja terutama partisipasi kerja perempuan yang meningkat pula. "Peluang emas itu tidak akan berarti apa-apa jika angka pengangguran tetap tinggi," katanya.

Artinya, Indonesia mampu menjawab tantangan transisi demografi itu dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, disertai perluasan lapangan pekerjaan. "Jika kualitas sumberdaya manusia memburuk, dan angka pengangguran tinggi maka bonus demografi akan menjadi bencana bagi kita. Inilah tantangan kita, minimal dalam satu dasawarsa ke depan," katanya.

Momentum satu dasawarsa ke depan, kata Wapres, jangan sampai dilewatkan. "Manusia tidak saja sebagai sasaran akhir pembangunan, tetapi juga instumen penting untuk mencapai sasaran pembangunan. Karena itu, saya melihat di sinilah peran penting Fatayat NU untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indoensia," katanya.

Fatayat memiliki potensi dan kekuatan yang sangat besar dengan jumlah anggota hampir lima juta orang hingga menjangkau kalangan "akar rumput". "Dengan potensi dan kekuatan yang besar itu, maka Fatayat bisa menyinergikan program-program dengan kebijakan pemerintah terutama yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat seperti pendidikan, kesehatan dan penanggulangan kemiskinan dan lain-lain," kata Wapres.(R018/A035)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010